Sabtu, 23 Maret 2013

Hidup orang yang dipilih Tuhan (1)

Daud dikebelakangkan oleh keluarganya sendiri, dianggap sebagai kontestan yang gugur sebelum bertanding. Ia juga dikebelakangkan oleh saudara-saudaranya dan dianggap tidak pantas berada di medan perang. Setelah diurapi untuk menjadi seorang raja, bukannya menikmati enaknya hidup di istana, ia malah dikejar-kejar seperti buronan. Harus berlindung di gua bersama-sama dengan para penjahat. Ia pun berputar-putar bersama kelompoknya di padang gurun untuk menghindari kejaran tentara Saul. 

Si calon raja bahkan harus berpura-pura gila agar tidak dibunuh oleh musuh. Selain itu ia pun pernah menyeberang ke pihak musuh agar terhindar dari bahaya. Ketika dianggap penjahat oleh orang-orang sebangsanya, Daud malah berinisiatif menyelamatkan Kehila bagian dari wilayah bangsanya dari serangan orang asing. Bukan pujian dan hadiah yang didapat, rakyat Kehila malah ingin menyerahkan Daud ke tangan Saul.

Hidup orang yang dipilih Tuhan malah berputar-putar di sekitar masalah. Katanya dijanjikan untuk jadi raja, kok hidupnya begini? 

Situasi Daud mungkin sama dengan situasi yang kita alami atau pernah kita alami. Seakan-akan janji-janji Tuhan di Alkitab tidak terwujud. Ikut Tuhan, ikut pelayanan bukannya dapat berkat malah dapat masalah. 
Ya, kalau kita baca Alkitab hanya separuh-separuh mungkin cerita Daud berakhir hanya saat dia dalam masalah. 

Daud senantiasa memuliakan Tuhan
Dengan ketaatan Daud menjalani hidupnya yang penuh masalah. Dan pada akhirnya Tuhan meninggikan Daud di posisi sebagai seorang raja. Tuhan pun memberikan banyak kemenangan pada Daud. Bahkan ketika Daud berbuat dosa, Tuhan masih menyediakan pengampunan baginya. 

Di tengah-tengah masalah pun Daund tidak ditinggalkan oleh Tuhan. Demikian juga dengan kita. Masalah adalah proses pembentukkan sebelum kita menerima kedudukan atau posisi yang lebih tinggi. Juga sebagai proses agar kita semakin mengandalkan Tuhan.

Daud belajar memimpin selama berada di gua Adulam, ia juga belajar untuk memberikan teladan (tidak membunuh orang yang dipilih Tuhan) kepada anak buahnya, ia pun belajar untuk bernegosiasi dengan bangsa lain. Nasionalisme nya pun sudah teruji pada peristiwa Kehila. Dimana hal ini menjadi poin tersendiri bagi rakyat dan pendukungnya.

Daripada menagih-nagih janji Tuhan, ada baiknya kita nikmati proses belajar yang ada dan semakin mengandalkan Tuhan ketika berada di dalam masalah. Saat nanti Tuhan mengangkat kita pada kondisi yang lebih tinggi atau situasi yang lebih baik, kita sudah lebih siap.

Semoga terberkati dengan tulisan ini.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar