Amsal 3:11
"Benarkah kapal ini tidak bisa
tenggelam?" tanya Nyonya Albert Caldwel ketika melihat para awak kapal
mengangkati bagasi dari bawah. "Benar, Nyonya", jawab salah
seorang di antaranya. "Bahkan, Tuhan sendiri tak mungkin menenggelamkan
kapal ini." Dua hari kemudian, kapal yang diberangkatkan dari
Pelabuhan Southampton, Inggris, menuju New York, itu memasuki kawasan Grand
Banks, sebuah kawasan berbahaya karena banyak gunung es bawah laut. 14 April
1912, dua puluh menit sebelum pk. 12.00 malam, kapal pesiar mewah, Titanic,
menyerempet gunung es dan akhirnya tenggelam tiga jam kemudian.
Awalnya, Frederick Fleet, petugas menara pengintai,
melihat sesuatu yang gelap menghadang di depan. Mula-mula kecil, lama-kelamaan
bertambah besar. Ia segera membunyikan bel bahaya. "Fleet, apa yang
kamu lihat?", tanya kapten kapal. "Gunung es di depan”,
"Terima kasih," jawab suara itu lagi, santai, seolah-olah tidak ada
yang terjadi. Bahkan, ketika kapal menyerempet gunung es itu, sang Kapten,
Edward J. Smith, sama sekali tidak mengurangi kecepatan kapal. Titanic tetap
melaju dengan kecepatan 22,5 knot (sekitar 45 km per jam), tanpa ada gerakan
menghindari maut yang siap menanti di depan. Kapal mewah yang mengklaim diri
"tidak bisa tenggelam" itu seolah ingin menguji dirinya melawan
gunung es raksasa. Sungguh ironis, Titanic justru karam dalam pelayaran
perdananya! Bahkan Thomas Andrews, si pencipta kapal itu sendiri tidak mampu
menyelamatkan kapal. Hanya 705 orang dari 2.235 penumpang yang selamat, itupun
diselamatkan oleh kapal tua Carpathia yang kebetulan lewat.
Seringkali kita jumpai, kesombongan membuat sebagian
orang sulit untuk menerima teguran. Mengapa teguran dan peringatan selalu
diasosiasikan dengan kelemahan atau aib? Bukankah Amsal 27:5 berkata, “Lebih
baik teguran yang nyata-nyata dari pada kasih yang yang tersembunyi?”
Bagaimanakah respon yang benar menghadapi sebuah teguran? Raja Daud dalam
Mazmur 119:14 menganggap peringatan Tuhan sama bahagianya dengan menerima harta
benda. Seseorang hanya bisa bertumbuh lewat masukan, teguran, bahkan peringatan
dari orang lain.
Ada dua manfaat dari teguran/peringatan. Pertama,
peringatan membuat kita hidup. Andai kapten kapal Titanic mendengar peringatan
bahaya dari petugas menara pengintai, mungkin saja Titanic tidak akan
tenggelam. Peringatan akan meluputkan kita dari maut dan membawa pada kehidupan
(Maz 119: 144). Sebaliknya, siapa yang tidak mengindahkan peringatan akan mati!
(Ams 15:10), tepat seperti yang dialami Titanic. Kedua, peringatan memberi kita
pengetahuan. Orang yang bersedia ditegur, pengetahuannya akan bertambah (Maz
119: 99). Ia akan bertambah bijaksana dan langkah hidupnya akan semakin
tertata.
Tuhan
sering menegur lewat hembusan angin sepoi-sepoi, namun sayang banyak orang menjadi
terlena karenanya.
Tak
heran apabila kemudian Ia memakai badai untuk merebut perhatian kita.
Ditulis oleh : Ishak Manik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar