Rabu, 10 April 2013

Makna Sebuah Peringatan


Amsal 3:11


                "Benarkah kapal ini tidak bisa tenggelam?" tanya Nyonya Albert Caldwel ketika melihat para awak kapal mengangkati bagasi dari bawah. "Benar, Nyonya", jawab salah seorang di antaranya. "Bahkan, Tuhan sendiri tak mungkin menenggelamkan kapal ini." Dua hari kemudian, kapal yang diberangkatkan dari Pelabuhan Southampton, Inggris, menuju New York, itu memasuki kawasan Grand Banks, sebuah kawasan berbahaya karena banyak gunung es bawah laut. 14 April 1912, dua puluh menit sebelum pk. 12.00 malam, kapal pesiar mewah, Titanic, menyerempet gunung es dan akhirnya tenggelam tiga jam kemudian.
                Awalnya, Frederick Fleet, petugas menara pengintai, melihat sesuatu yang gelap menghadang di depan. Mula-mula kecil, lama-kelamaan bertambah besar. Ia segera membunyikan bel bahaya. "Fleet, apa yang kamu lihat?", tanya kapten kapal. "Gunung es di depan”, "Terima kasih," jawab suara itu lagi, santai, seolah-olah tidak ada yang terjadi. Bahkan, ketika kapal menyerempet gunung es itu, sang Kapten, Edward J. Smith, sama sekali tidak mengurangi kecepatan kapal. Titanic tetap melaju dengan kecepatan 22,5 knot (sekitar 45 km per jam), tanpa ada gerakan menghindari maut yang siap menanti di depan. Kapal mewah yang mengklaim diri "tidak bisa tenggelam" itu seolah ingin menguji dirinya melawan gunung es raksasa. Sungguh ironis, Titanic justru karam dalam pelayaran perdananya! Bahkan Thomas Andrews, si pencipta kapal itu sendiri tidak mampu menyelamatkan kapal. Hanya 705 orang dari 2.235 penumpang yang selamat, itupun diselamatkan oleh kapal tua Carpathia yang kebetulan lewat.
                Seringkali kita jumpai, kesombongan membuat sebagian orang sulit untuk menerima teguran. Mengapa teguran dan peringatan selalu diasosiasikan dengan kelemahan atau aib? Bukankah Amsal 27:5 berkata, “Lebih baik teguran yang nyata-nyata dari pada kasih yang yang tersembunyi?” Bagaimanakah respon yang benar menghadapi sebuah teguran? Raja Daud dalam Mazmur 119:14 menganggap peringatan Tuhan sama bahagianya dengan menerima harta benda. Seseorang hanya bisa bertumbuh lewat masukan, teguran, bahkan peringatan dari orang lain.
                Ada dua manfaat dari teguran/peringatan. Pertama, peringatan membuat kita hidup. Andai kapten kapal Titanic mendengar peringatan bahaya dari petugas menara pengintai, mungkin saja Titanic tidak akan tenggelam. Peringatan akan meluputkan kita dari maut dan membawa pada kehidupan (Maz 119: 144). Sebaliknya, siapa yang tidak mengindahkan peringatan akan mati! (Ams 15:10), tepat seperti yang dialami Titanic. Kedua, peringatan memberi kita pengetahuan. Orang yang bersedia ditegur, pengetahuannya akan bertambah (Maz 119: 99). Ia akan bertambah bijaksana dan langkah hidupnya akan semakin tertata.

Tuhan sering menegur lewat hembusan angin sepoi-sepoi, namun sayang banyak orang menjadi terlena karenanya.
Tak heran apabila kemudian Ia memakai badai untuk merebut perhatian kita.

Ditulis oleh : Ishak Manik

Tidak ada komentar:

Posting Komentar