Agar anak-anak tidak hanya sekedar "tahu", saya ingin ada unsur "perasaan" dalam memahami apa yang dialami oleh Yesus.
Saya membuka cerita penyaliban dengan membawa sebuah paku payung. Paku yang biasa digunakan untuk menempel hasil karya anak-anak di papan spons. Tidak ada pembahasan atau pengingatan mengenai cerita di minggu sebelumnya (mengenai penangkapan Yesus dan lain-lain).
Setelah menunjukkan dan menjelaskan mengenai benda yang saya bawa, bahwa benda itu adalah paku payung, saya menawarkan, adakah anak yang bersedia untuk ditusuk tangannya dengan paku payung?

Bila hal ini ditawarkan kepada saya, yang seorang guru sekolah minggu pun, saya akan ragu dan kalau tidak terpaksa tidak akan mau secara sukarela menusukkan paku ke tangan.
Apa yang Yesus lakukan untuk kita, bukan sekedar untuk memenuhi pengetahuan. O yang namanya Yesus itu disalib toh. Tetapi menyadarkan bahwa apa yang Ia lakukan sudah demikian besarnya. Ia harus mengalami siksaan untuk menebus dosa kita.
Karena kasih, tangannya harus ditembus dengan paku yang besar.
Karena kasih Nya kepada kita yang berdosa .
Pengorbanannya bisa hanya menjadi kisah Paskah yang setelah beberapa minggu kemudian menjadi "basi", atau bisa menjadi inspirasi bagi kita untuk mengerti bahwa hidup yang kita jalani adalah hidup yang sudah ditebus. Ditebus dengan sesuatu yang mahal.
Karena itu seburuk apapun hidup kita, jalankan dengan sebaik mungkin
Masih ada waktu untuk kembali ke jalan yang benar bila selama ini kita berjalan di jalan yang salah.
GBU
Tidak ada komentar:
Posting Komentar