Jumat, 19 April 2013

Paku ( Kasih yang Luar Biasa )

Cerita mengenai Paskah, dan masa sebelum Paskah bisa dibilang merupakan cerita hafalan. Anak-anak sekolah minggu, terutama di kelas SD sudah berulangkali mendengar cerita ini. Bahkan cerita ini pun sudah masuk dalam pelajaran agama di sekolah. Urutannya sudah jelas, Yesus melakukan perjamuan, Ia ditangkap saat berdoa di taman Getsemani, perjalanan sengsara memikul salib, disalibkan , lalu mati. Dan anak-anak pun sudah tahu bahwa Yesus akan bangkit di hari ke 3.

Agar anak-anak tidak hanya sekedar "tahu", saya ingin ada unsur "perasaan" dalam memahami apa yang dialami oleh Yesus.

Saya membuka cerita penyaliban dengan membawa sebuah paku payung. Paku yang biasa digunakan untuk menempel hasil karya anak-anak di papan spons. Tidak ada pembahasan atau pengingatan mengenai cerita di minggu sebelumnya (mengenai penangkapan Yesus dan lain-lain).

Setelah menunjukkan dan menjelaskan mengenai benda yang saya bawa, bahwa benda itu adalah paku payung, saya menawarkan, adakah anak yang bersedia untuk ditusuk tangannya dengan paku payung?

Ya, paku payung, paku yang kecil. Respon anak-anak biasanya ada yang iseng bilang mau, tetapi ketika saya ingin menancapkan paku tersebut di tangan anak yang menjawab bersedia, anak tersebut langsung menarik tangannya. Ada juga anak yang baru disentuh telapak tangannya dengan ujung paku, langsung menarik tangannya.

Bila hal ini ditawarkan kepada saya, yang seorang guru sekolah minggu pun, saya akan ragu dan kalau tidak terpaksa tidak akan mau secara sukarela menusukkan paku ke tangan.

Apa yang Yesus lakukan untuk kita, bukan sekedar untuk memenuhi pengetahuan. O yang namanya Yesus itu disalib toh. Tetapi menyadarkan bahwa apa yang Ia lakukan sudah demikian besarnya. Ia harus mengalami siksaan untuk menebus dosa kita.

Karena kasih, tangannya harus ditembus dengan paku yang besar. 
Karena kasih Nya kepada kita yang berdosa .

Pengorbanannya bisa hanya menjadi kisah Paskah yang setelah beberapa minggu kemudian menjadi "basi", atau bisa menjadi inspirasi bagi kita untuk mengerti bahwa hidup yang kita jalani adalah hidup yang sudah ditebus. Ditebus dengan sesuatu yang mahal. 

Karena itu seburuk apapun hidup kita, jalankan dengan sebaik mungkin
Masih ada waktu untuk kembali ke jalan yang benar bila selama ini kita berjalan di jalan yang salah.

GBU




Tidak ada komentar:

Posting Komentar