Jumat, 19 April 2013

Sebelum waktu habis

Bencana yang terjadi baru-baru ini, di dalam maupun di luar negeri benar-benar tidak bisa kita perkirakan. Gempa di Iran terjadi tanpa bisa dicegah. Demikian juga ledakan pabrik pupuk di Texas yang sangat dashyat yang beberapa hari sebelumnya bom meledak di kota Boston. Kita tidak pernah tahu kapan bencana akan terjadi, atau lebih tepatnya kapan waktu kita di dunia habis. Jangankan bencana yang besar, kondisi jalan di Jakarta dengan perilaku pengendaranya pun sewaktu-waktu bisa membuat kita kehilangan nyawa.

Apakah dengan demikian kita harus hidup dalam ketakutan? Atau lebih baik kita berada di rumah terus menerus, tidak usah keluar rumah. Atau bahkan kita bisa melakukan hal yang lebih ekstrem seperti membuat bungker anti bencana di rumah.

Kejadian 2 :7
ketika itulah TUHAN Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup.

Pengkotbah 12 :7
 dan debu kembali menjadi tanah seperti semula dan roh kembali kepada Allah yang mengaruniakannya.

Pada akhirnya manusia memang ditakdirkan untuk kembali menjadi debu. Tanpa ada bencana atau kecelakaan, kita tetap akan meninggal. Sebelum hal itu terjadi, apa yang mau kita tinggalkan nanti? Atau lebih tepatnya, coba renungkan, apa yang orang lain akan bicarakan tentang saudara setelah nanti saudara meninggalkan dunia ini?

Apakah kita akan dikenal sebagai orang yang menjadi berkat bagi orang lain. Atau justru nama kita dikenal sebagai orang yang selalu menyusahkan orang lain.

Mari hidup semaksimal mungkin untuk menjadi berkat bagi orang lain, selagi kita masih memiliki waktu untuk hidup di dunia ini.

2 Timotius 3 : 17
Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik

Tidak ada komentar:

Posting Komentar