Seorang petani kaya bernama John sangat menentang hal-hal yang berbau kekristenan, walaupun sebagian besar anggota keluarganya sudah menerima Yesus sebagai Juruselamat. Ia tidak pernah mau membaca Alkitab, apalagi pergi beribadah ke gereja. Baginya tidak masuk akal bila Tuhan sampai bersusah payah mau turun ke dunia untuk menyelamatkan ciptaanNya.
Di bulan Desember tahun lalu, seperti yang sudah terjadi dari tahun ke tahun, keluarga-keluarga di desa tempat tinggalnya pergi beribadah ke gereja. Saat itu salju mulai turun dan mulai menutupi sebagian besar tanah di desa. Udara dingin pun dapat dirasakan menusuk ke tulang bila tubuh tidak dibalut dengan baju hangat atau mantel.
Ketika anggota keluarga yang lain pergi ke gereja, John berjalan kaki mengelilingi peternakan miliknya. Ia berhenti ketika melihat beberapa ekor burung kecil tampak gemetaran di dekat tumpukkan salju. Sepertinya mereka tidak kuat untuk terbang ke daerah yang lebih hangat.John merasa iba dengan kondisi mereka yang buruk. Ia lalu berpikir untuk membuka pintu salah satu lumbung miliknya agar burung-burung itu bisa menghangatkan diri di dalam.
Tetapi, ternyata setelah ia membuka pintu lumbung, burung-burung itu tetap berada di luar. John lalu menebarkan remah-remah roti menuju ke dalam lumbung. Burung-burung kecil hanya mematuk beberapa remah roti, tetapi tidak juga mau masuk ke lumbung. John lalu berusaha menghalau mereka dengan tangannya dengan harapan mereka terbang masuk ke dalam lumbung. Burung-burung itu malah terbang tidak beraturan menghindari John dan tetap berada di luar lumbung.
John pun menjadi putus asa, "ah andai aku bisa menjadi burung, aku pasti bisa be
rkomunikasi dengan mereka dan menyelamatkan mereka"
Saat itu juga ia teringat mengenai pengorbanan Yesus yang turun dari surga, menjadi manusia untuk menyelamatkan umat Nya. John tersadar mengenai beratnya pengorbanan yang dilakukan oleh Yesus untuk menjadi setara dengan manusia.
Ia pun segera melangkahkan kakinya untuk bergabung dengan keluarganya beribadah di gereja.
sumber : ilustrasi kotbah.
Filipi 2 : 6-8
yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan,melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar