Pengkhotbah 4:12
Tahun 1967 pecah Perang Indocina antara tentara
Vietkong (pejuang bangsa Vietnam) melawan tentara pendudukan Amerika Serikat.
Vietnam, sebuah negara kecil, merupakan satu-satunya negara di dunia yang tidak bisa dikalahkan oleh Amerika.
Semangat juang pasukan Vietkong yang sangat terbatas persenjataannya, berhasil
mengalahkan kedigdayaan serdadu Amerika yang unggul segala-galanya. Banyak
serdadu Amerika berhasil ditangkap oleh pasukan Vietkong. Mereka ditempatkan di
dalam sebuah sel besar dan mendapat penyiksaan hebat di bawah penjagaan yang
superketat.
Namun tahukah Anda, selama para tawanan itu
disatukan, hanya sedikit saja dari mereka yang tewas. Setelah diselidiki,
ternyata selama berada di dalam sel besar, para serdadu Amerika tadi saling
menguatkan, menghibur, dan meneguhkan hati satu sama lain. Harapan untuk bisa
pulang ke Amerika dan bertemu kembali dengan keluarga menjadi tema penghiburan
yang paling sering dibicarakan. Pengharapan seperti itulah yang pada akhirnya
membawa semangat hidup bagi para tentara.
Menyadari bahwa sistem penjara besar kurang efektif,
Vietkong berganti strategi. Para serdadu Amerika tadi kemudian dipisah. Mereka
ditempatkan di dalam sel-sel kecil sehingga komunikasi otomatis menjadi
terputus. Apa yang terjadi? Hanya dalam hitungan hari saja, puluhan serdadu
tewas akibat tidak tahan menanggung penderitaan. Kesendirian ternyata menjadi
bentuk penyiksaan yang jauh melebihi deraan fisik. Terputusnya komunikasi
dengan rekannya yang lain membuat para serdadu tadi tidak bisa lagi menguatkan
satu sama lain. Akibatnya, satu-persatu mereka tewas di dalam sel-sel kecil
yang baru.
Musuh kita si Iblis sangat menguasai strategi ini.
Umat Tuhan yang saat ini hidup di akhir zaman mesti merapatkan barisan untuk
mampu bertahan melawan serangan si jahat. Menjelang hari penghukumannya yang
semakin dekat, Iblis semakin gencar memecah kesatuan umat Tuhan. Ibrani 10:25
mengingatkan setiap kita untuk tidak menjauhkan diri dari pertemuan ibadah,
tetapi justru semakin giat menjelang hari Tuhan yang semakin dekat.
Ciri khas gereja mula-mula adalah mereka memiliki
persekutuan yang kuat, bertekun dalam pengajaran, dan selalu berkumpul untuk
memecahkan roti dan berdoa (Kis 2:42). Di dalam persekutuan, para anggota
bertumbuh. Persekutuan merupakan tempat di mana para anggotanya bisa saling
menguatkan satu sama lain, saling mendoakan, bahkan saling mengoreksi (Ams
27:17). Tuhan juga berkenan hadir di dalam persekutuan (Mat 18:20). Oleh sebab
itu, hargai seluruh pertemuan ibadah yang ada. Aktiflah hadir dan bertumbuhlah
di sana.
Persekutuan
itu ibarat sapu lidi. Cuma terdiri dari batangan lidi yang rapuh
namun
menjadi kesatuan yang kuat kala disatukan.
Dikirim oleh Ishak Manik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar