Alkisah di jaman dahulu ada seorang kaya raya bernama Patrick si Pelit. Ia mendapatkan julukan pelit karena ia tidak pernah mau berbagi dengan orang lain. Pada suatu hari, Patrick si Pelit pergi berlayar, ke luar negeri. Hari yang tadinya cerah rupanya cepat berganti menjadi mendung gelap. Kemudian hujan pun turun dan disusul dengan badai yang besar. Nahkoda berusaha mengendalikan kapal sebisanya tetapi, badai sangat besar dan kapal pun terbalik dihantam badai.
Dalam keadaan kacau, semua orang yang ada di kapal berusaha menyelamatkan diri, mereka berpegangan pada kayu-kayu sisa dari kapal. Termasuk Patrick si Pelit, ia berusaha berpegangan erat pada sebuah papan kayu agar tetap mengambang di air. Situasi ini berlangsung cukup lama, sampai keesokan harinya sebuah kapal lain melintas dan melihat kondisi orang-orang yang sedang mengapung dengan bantuan papan-papan kayu.
Orang-orang yang berada di kapal yang sedang melintas pun segera memberi pertolongan, mereka berusaha membantu para korban kapal yang terkena badai.
"Ulurkan tanganmu!" perintah seorang di atas kapal kepada Patrick si Pelit, tetapi Patrick tidak bersedia mengulurkan tangannya untuk mendapatkan bantuan. Beberapa orang lain berusaha membujuk agar Patrick memberikan tangannya, tetapi tidak ada yang berhasil.
"hey orang ini adalah Patrick si Pelit" kata salah seorang yang berada di atas kapal, kemudian ia pun mempunyai ide cemerlang. "Patrick, ini, kuberikan tanganku, raihlah", lalu Patrick segera meraih tangan orang tersebut. Ia pun berhasil selamat.
Sifat pelit yang ekstrem pada cerita ini memang mungkin jarang terjadi. Karena terlalu pelit, tidak mau memberikan tangannya untuk ditolong. Jangan sampai hal ini terjadi kepada kita, karena ada tertulis Firman Tuhan :
Lukas 12:15
Kata-Nya lagi kepada mereka: "Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap
segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya,
hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu."
Hidup kita tidak melulu untuk mengumpulkan harta dan memegangnya untuk diri kita sendiri. Sebaliknya harta dan kekayaan adalah sarana untuk menjadi berkat bagi orang lain. Ulurkan dan berikan tangan kita untuk menolong orang lain, dan jangan terus berharap kita mendapatkan pertolongan dan pelayanan dari orang lain.
Amin
BalasHapus