Rabu, 11 September 2013

Kerendahan Hati Seorang Pemenang


Kejadian 45:5


                20 Juli 1969 menjadi salah satu tanggal paling bersejarah, bukan hanya bagi bangsa Amerika, melainkan juga bagi bagi peradaban umat manusia. Hari itu, Neil Armstrong berhasil menjadi manusia pertama yang menginjakkan kaki di bulan. Mimpi milyaran manusia di seluruh dunia yang selama berabad-abad untuk bisa pergi ke bulan, kini menjadi kenyataan. Satu langkah kecil bagi seorang manusia, satu lompatan besar bagi umat manusia”, demikian kutipan terkenal dari Armstrong yang menjadi komandan misi Apollo 11.

              Neil Armstrong adalah figur yang rendah hati. Dalam pidato di acara pemakamannya tanggal 26 Agustus 2012 lalu, seorang kerabat berkata, “Armstrong adalah seorang yang enggan disebut sebagai pahlawan Amerika. Ia selalu menyebut dirinya seorang pilot jet tempur, pilot penguji, dan astronot yang dengan bangga berbakti kepada negaranya.” Armstrong juga menolak disebut sebagai manusia pertama yang menjejakkan kaki di bulan. Ia berujar bahwa dirinya cuma beruntung ditunjuk sebagai komandan misi sehingga otomatis menjadi orang pertama yang turun dari kapsul luar angkasa. Armstrong memilih untuk tidak menerima pujian, sesuatu yang sebenarnya sangat layak ia terima sebagai penghargaan. Inilah wujud kerendahan hati seorang pemenang. Tidaklah berlebihan jika Presiden Barack Obama menyebut Neil sebagai pahlawan besar Amerika Serikat sepanjang masa.

                Dalam kitab Kejadian dikisahkan bahwa Yusuf sangat dibenci oleh saudara-saudaranya, bahkan Yusuf sampai dijual sebagai budak kepada saudagar Mesir. Namun Tuhan mempunyai rencana lain kepada Yusuf. Meski ia mengalami jatuh-bangun kehidupan bahkan sempat difitnah dan dipenjara, Tuhan mengangkat Yusuf menjadi kepala atas segala harta-perbendaharaan Firaun.

                Saat kelaparan hebat melanda seluruh dunia, saudara-saudara Yusuf juga datang ke Mesir untuk membeli bahan makanan. Yusuf merasa waktunya telah tiba dan ia harus memperkenalkan diri kepada saudaranya. Betapa terkejutnya mereka ketika mengetahui bahwa Perdana Menteri Mesir yang berdiri di depan mereka adalah adik kandung yang telah mereka jual. Namun kebesaran hati Yusuf memampukannya untuk berkata, “Janganlah bersusah hati dan janganlah menyesali diri, karena kamu menjual aku ke sini, sebab untuk memelihara kehidupanlah, Allah menyuruh aku mendahului kamu.” (Kej 45:5). Alih-alih memilih untuk balas dendam, Yusuf malah berkata Tuhanlah yang mengatur semuanya itu supaya lewat dia, kehidupan mereka terpelihara. Luar biasa!

                Sebesar apapun berkat yang kita terima, setinggi apapun Tuhan mengangkat derajat hidup kita, jangan sampai membuat kita berubah. Orang yang rendah hati, tahu dari mana kebanggaannya berasal. Dari Tuhanlah peninggian itu datang (1 Sam 2:7, Mzm 118:16). Dengan merendahkan hati, bukan hanya manusia yang salut, tetapi Tuhan sendiri tambah berkenan kepada kita (Yak 4:10).


DOA

Terima kasih Tuhan atas segala berkat yang Kau berikan kepadaku. Hari ini aku mau mengembalikan segala pujian, hormat, dan kemuliaan hanya bagi namaMu. Ajarku Tuhan untuk selalu rendah hati. Di dalam nama Tuhan Yesus aku berdoa. Amin.

Seratus kali sehari, kuingatkan diriku bahwa kehidupanku bergantung pada hasil kerja orang lain dan bahwa aku harus mengusahakan diriku agar dapat memberi yang telah kuterima dan sedang kuterima. (Albert Einstein)

Ditulis oleh Ishak Manik

Tidak ada komentar:

Posting Komentar