Jumat, 20 September 2013

Keteguhan Sebuah Prinsip




Daniel 3:17

                Pada abad pertengahan, Copernicus dijatuhi hukuman pancung oleh gereja karena ia mengeluarkan teori matahari sebagai pusat tata surya (heliosentris). Oleh gereja yang saat itu merupakan otoritas tertinggi dalam tata pemerintahan, teori itu dianggap dapat mengguncang tatanan hidup sosial-kemasyarakatan yang selama berabad-abad mempercayai bahwa bumilah pusat tata surya (geosentris) dan semua benda-benda langit mengelilinginya. Hingga menjelang ajalnya, Copernicus tetap teguh memegang prinsip bahwa teorinya itu benar, sekalipun nyawa harus menjadi bayarannya.

                Sadrakh, Mesakh, dan Abednego adalah tiga orang anak muda Israel yang turut menjalani masa pembuangan di negeri Babel di bawah pemerintahan Raja Nebukadnezar. Suatu hari raja itu membuat sebuah patung emas yang tingginya 60 hasta dan lebarnya 6 hasta. Semua orang dari segala bangsa, suku, dan bahasa datang untuk menyembah patung emas itu, kecuali ketiga anak muda ini. Singkat cerita, sampailah berita ini ke telinga Raja Nebukadnezar. Betapa marahnya raja mendengar berita ini. Ia pun mengeluarkan titah untuk mencampakkan mereka bertiga ke dalam perapian yang menyala-nyala! Takutkah mereka? Tidak! Justru dengan penuh keberanian mereka berkata kepada raja, ”Jika Allah kami yang kami puja sanggup melepaskan kami,maka Ia akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu, tetapi seandainya tidak, kami tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu.” Ketiga anak muda ini sama sekali tidak bergeming dari keyakinan iman mereka. Pada akhirnya, kita mengetahui bahwa Allah berkenan atas keteguhan prinsip mereka dan menyertai mereka di dalam dapur api sehingga mereka tidak terluka sedikitpun (Daniel 3:24-25). 

                Kebesaran seorang manusia dinilai dari kemampuannya membuat keputusan hidup yang tepat, memegangnya dengan teguh, dan siap menerima sgala konsekuensi yang mungkin timbul dari keputusannya itu. Dalam hidup ini kita tidak bisa menyenangkan hati semua orang. Ketika kita dihadapkan pada pilihan untuk menyenangkan hati Allah atau manusia jangan ragu sedikitpun untuk memilih Allah! Jika kita masih mencoba untuk berkenan kepada manusia, maka kita bukanlah hamba Kristus (Gal 1:10).

                Ketika nilai-nilai kehidupan mulai bergeser dan orang-orang sudah menganggap korupsi sebagai sesuatu yang lumrah, apakah kita tetap memegang teguh nilai-nilai kejujuran dan integritas? Di sinilah kualitas diri kita yang sebenarnya diuji. Sekalipun semua orang di sekitar kita melakukan perbuatan yang kita tahu bahwa itu melanggar kebenaran firman, kita harus tetap teguh memegang prinsip yang kita punya. Risiko pasti ada, tetapi jauh lebih mulia jika kita lebih takut kepada Tuhan daripada kepada manusia.

DOA
Tuhan Yesus aku mau tampil menjadi saksiMu di mana pun aku berada. Kuatkan iman dan pendirianku untuk mampu memegang teguh nilai kebenaran yang aku peroleh dari firmanMu. Dalam nama Tuhan Yesus aku berdoa. Amin.

Janganlah takut akan hidup. Percayalah bahwa keyakinanmu akan membantu memunculkan kebenaran.
(William James)

Ditulis oleh Ishak Manik

Tidak ada komentar:

Posting Komentar