Kamis, 24 Oktober 2013

Pembimbing Skripsi yang Mematikan


Pengalaman membuat skripsi sebagai syarat mendapatkan gelar sarjana benar-benar sesuatu yang tidak terlupakan. Selama satu semester atau sama dengan 6 bulan saya harus mengerjakan skripsi. Yang menjadi masalah bukan skripsinya, tetapi pembimbing yang saya dapat untuk skripsi saya. Sebut saja Ibu M. Beliau terkenal "killer" dan moodnya susah ditebak. Terkadang bisa meledak-ledak tanpa alasan yang jelas.

Begitu saya melihat nama Ibu M sebagai pembimbing skripsi saya, rasanya dunia mau kiamat hahaha.... Saya benar-benar shock . Saya juga merasa iri dengan teman-teman yang mendapatkan pembimbing yang terkenal baik dan royal dalam meloloskan skripsi. Saya mencoba mengkonfirmasi mengenai pembimbing saya ke tata usaha, namun mbak penjaga tata usaha memberikan jawaban yang tidak saya harapkan, bahwa memang Ibu M sudah ditetapkan sebagai pembimbing saya.

Jadilah waktu-waktu horror harus saya lewati. Beberapa kali saya menunggu Ibu M untuk bimbingan skripsi tetapi yang bersangkutan selalu sibuk dan akhirnya pertemuan ditunda. Agak melegakan memang, tetapi kalau terus menerus tidak ketemu pembimbing, skripsi juga tidak maju. Pertemuan-pertemuan dengan Ibu M selalu diwarnai dengan suasana mencekam. Pertanyaan-pertanyaan tajam yang tidak terjawab akan berbuntut omelan. 

Skripsi yang sedang dikerjakan pun setelah bimbingan akan mendapat coretan-coretan abstrak dari Ibu M, tidak ada halaman yang lolos dari coretannya. Kesal dan stres saya saat itu. Kadang perbaikan yang harus dikerjakan pun adalah hal-hal yang menurut saya kurang penting seperti format tabel, spasi, paragraf dan lain-lain. 

Selesai sidang skripsi juga bukan berarti hidup saya kembali normal...karena perbaikan dan revisi yang harus dikerjakan sangat banyak. Berulangkali revisi harus saya kerjakan. Bahkan, sudah lolos dari dosen penilai, malah tidak lolos dari dosen pembimbing. 

Masa skripsi tersebut saya benar-benar sengsara. Saya juga jengkel dengan kelakuan Ibu M yang seolah-olah mempersulit skripsi saya. Saya juga sering bertanya-tanya, kenapa Tuhan berikan saya pembimbing yang kejam seperti ini. Benar-benar masa yang memuakkan bagi saya.

Selepas lulus dari perkuliahan. Saya tidak melakukan kontak lagi dengan Ibu M, dan saya merasa sangat lega. Seperti tahanan keluar dari penjara. Di dunia kerja pun saya tidak menemui orang yang seperti beliau. Saya rasa langka ada orang yang seperti itu.

Seiring berjalannya waktu, ternyata pekerjaan yang saya jalani kurang begitu berkembang. Karir saya mentok ditambah kondisi perusahaan yang menurun drastis. Pekerjaan yang sudah saya jalankan selama 3 tahun terancam bubar jalan. Beberapa teman sudah mencari pekerjaan di tempat lain. Sementara saya sendiri tidak tahu mau pindah kemana.

Pada suatu hari di bulan desember, telepon genggam saya bunyi. Ternyata Ibu M yang menelepon, tadinya saya agak ragu untuk mengangkatnya. Saya pikir, mau apalagi si Ibu ini. Akhirnya saya jawab telepon tersebut, ternyata Ibu M sedang terlibat dalam sebuah proyek jangka panjang yang disponsori oleh pemerintah Inggris. Saya ditawari untuk ikut terlibat, dengan pendapatan yang cukup besar juga.

Saya pun kemudian terlibat dalam proyek tersebut. Saya menyadari bahwa rencana Tuhan dulu menempatkan saya di bawah bimbingan Ibu M juga merupakan suatu rancangan yang baik. Jika saya tidak kenal Ibu M, mungkin sekarang saya masih mencari pekerjaan entah dimana. Memang rencana Tuhan baru bisa terlihat maksudnya ketika kita menjalani hidup.

Tulisan dikirim oleh :
Kristianus Surjadi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar