Jumat, 20 Desember 2013

Musim Natal Musim Konflik


Sejak akhir November, atau bahkan pada gereja-gereja tertentu persiapan untuk merayakan Natal sudah dilakukan. Mulai dari pembentukkan panitian sampai serangkaian rapat digelar untuk perayaan besar ini. Rapat-rapat Natal bisa memakan waktu berjam-jam dipenuhi perdebatan disana sini. Tidak jarang lewat perdebatan yang terjadi timbul sakit hati diantara peserta rapat tersebut. 

Tentu saja, dengan alasan ingin memberikan yang terbaik ide bisa berbenturan dengan ide. Dan yang berlawanan seringkali bukan maksud baik untuk pelayanan, tetapi lebih karena ego-ego yang ingin dipuaskan. Tidak mengherankan ketika di dalam suatu pelatihan seorang pendeta mengatakan bahwa dalam perayaan Natal setiap tahunnya, jemaat yang paling menikmati, sementara panitia yang paling merasa tidak damai sejahtera.

Minimalis dan penuh damai sejahtera, mungkin kata-kata tersebut yang cocok untuk melambangkan "Natal" atau kelahiran Yesus seperti tertulis di Alkitab. Tidak ada hiruk pikuk dan keramaian. Tidak ada persiapan berbelit-belit. Yang ada hanyalah tempat yang sederhana yang dipenuhi sukacita dengan lahirnya Yesus. Yusuf, Maria , bayi Yesus dan para gembala bersama-sama di dalam suasana yang hangat di malam tersebut. Fokus mereka adalah pada Sang Juruselamat, bukan pada perdebatan mengenai apa yang terbaik atau siapa yang paling menonjol. Juga tidak terdapat perdebatan dan saling menyalahkan, mereka menerima kehadiran Yesus di dalam kesederhanaan.

Semoga persiapan dan perayaan Natal di berbagai tempat tidak memakan "korban" karena adanya konflik antar kepentingan. Tentunya Ia yang kelahiraNya kita rayakan tidak ingin Natal menjadi ajang timbulnya konflik.

Tuhan memberkati!

dan ia melahirkan seorang anak laki-laki, anaknya yang sulung, lalu dibungkusnya dengan lampin dan dibaringkannya di dalam palungan, karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan.
Lukas 2:7

Tidak ada komentar:

Posting Komentar