Komentar miring seputar kota Jakarta, Ibukota Indonesia yang beberapa pekan terakhir terkena banjir dalam skala ringan sampai berat. Dari perkampungan di pinggir kali sampai ke daerah elite Kelapa Gading. Pada situs berita yang memuat informasi banjir, salah satu pembaca berkomentar "Jakarta Water Festival 2014!" , tentunya komentar ini memiliki nada menyindir pemerintah kota DKI yang beberapa kali membuat festival kebudayaan.
Saling menyalahkan antara pemerintah daerah dan pemerintah pusat pun sempat berlangsung antara siapa yang seharusnya bertanggungjawab mengatasi banjir Jakarta. Salah satunya adalah lempar komentar antara pengguna twitter dan Ibu Ani Yudhoyono, dimana pada akhirnya Ibu Ani bertanya mengenai keberadaan Ibu Jokowi dan Ibu Ahok.
Banjir kali ini yang menyapa kota Jakarta memang terkesan agak sadis. Menyengsarakan secara perlahan-lahan. Kalau di tahun-tahun sebelumnya banjir "hanya" berlangsung beberapa hari dan kemudian surut, banjir kali ini datang kemudian surut, eh 2 hari kemudian datang lagi, sampai berkali-kali. Membuat lelah keluarga yang membersihkan rumah. Selain itu pekerjaan pun terhambat karena transportasi yang bermasalah, tanpa banjir saja Jakarta sudah macet apalagi dengan banjir.
Apa yang terjadi di Jakarta ini bisa dibilang tidak murni bencana alam. Karena sebenarnya bencana di Sinabung bisa dibilang lebih besar dan lebih berasal dari alam. Sedangkan Jakarta terkena bencana karena ulah warganya yang jorok (sebagian warga maksudnya) yang membuang sampah sembarangan. Belum lagi para developer (pengembang) rumah yang rakus yang tidak memikirkan dampak dari proyek yang mereka buat.
Sedikit ada lahan kosong, dibangunlah apartemen dan rumah. Di daerah Kelapa Gading misalnya, bagian belakangnya dulu adalah lahan kosong, bahkan ada pertanian disana. Sekarang daerah tersebut sudah menjadi hutan beton, isinya perumahan dan apartemen. Tidak ada wilayah untuk menyerap air hujan. Beberapa daerah di luar Jakarta pun sedang giat membangun perumahan , membabat lahan hijau tanpa ada pengganti. Sehingga arus air langsung mengalir deras ke Ibukota.
Jakarta Water Festival terjadi karena kesalahan bersama yang terjadi secara sistematis dan turun temurun. Tentunya kalau pola kesalahan terjadi terus , jangan heran kalau tahun depan banjir bisa lebih parah lagi. Terbukti rekayasa cuaca pun tidak mampu meredam banjir.
Ingat apa yang kita tabur, itu yang kita tuai. Jangan tunggu perubahan dari pemerintah, entah dari Jokowi atau SBY, mari mulai dari diri sendiri. Menjaga kebersihan, menanam pohon, membuat daerah resapan dan lain-lain.
Kiranya Tuhan memberkati dimanapun Anda berada.
Tulisan dikirim oleh Sdr Ruy Lopez
Tidak ada komentar:
Posting Komentar