Apakah mengampuni itu? Menurut orang-orang mengampuni bisa berarti memaafkan, melupakan, tidak dendam dan lain-lain. Teman saya pernah mengatakan bahwa indikator atau pertanda kita sudah mengampuni ialah ketika kita bertemu dengan orang yang menyakiti kita, kita tidak merasa terganggu dan bisa bersikap baik kepadanya. Selain itu, tanda lainnya ialah ketika kita mengingat peristiwa yang menyakitkan, kita tidak lagi merasa sakit hati atau dendam.
Barangkali bicara tidak semudah teori yang diungkapkan. Saya pun merasa demikian, sulit untuk mengampuni, apalagi kalau menurut kita orang tersebut kesalahannya sudah sangat besar. Saya pernah mengalami pengalaman yang sangat tidak enak dimana ketika orangtua saya dalam kondisi koma di rumah sakit, saya ditinggalkan oleh orang yang saya harap bisa memberi dukungan. Bukan hanya meninggalkan, bahkan seperti tidak mau tahu sama sekali dengan kondisi yang saya hadapi. Dia yang ketika itu saya anggap calon pasangan hidup sudah menjalin hubungan lagi dengan orang lain, hanya dalam jarak kurang dari sebulan kami berpisah. Dimana saat itu orangtua saya masih dirawat di RS dan kondisinya tidak menentu.
Di lain kesempatan saya juga pernah merasa dimanfaatkan dan diadu domba oleh seseorang yang saya percaya. Dimana bila tidak ditolong oleh rekan-rekan di persekutuan mungkin saya sudah berkelahi atau melakukan kekerasan terhadap orang lain. Masih dalam tema yang sama, saya juga pernah mengalami ditinggalkan rekan bisnis padahal rencana bisnis yang akan dijalankan tinggal sedikit lagi berhasil dan saya sudah berkorban banyak .
Saya banyak berdiskusi dengan orang-orang yang saya percaya. Beberapa setuju bahkan merasa senasib sehingga mengutuk orang-orang yang dianggap "berkhianat".
Ketika ada sudut pandang lain berupa pengampunan, saya menganggap hal tersebut omong kosong. Bahkan cerita mengenai Yesus mengampuni pun, saya anggap itu dilakukan karena Ia adalah Tuhan, jadi bisa mengampuni, kalau manusia mana sanggup. Saya kan bukan Yesus. Namun justru disinilah kuncinya. Kalau manusia memang tidak akan sanggup. Pengampunan merupakan proses pembelajaran dimana kita harus melibatkan Tuhan. Saya belajar untuk berdoa agar tidak merasa sakit hati lagi. Saya juga berusaha belajar lagi mengenai pengampunan baik melalui persekutuan maupun diskusi dengan saudara seiman. Saya ingin mendekatkan diri dengan jalan yang diajarkan Tuhan, bukan terseret rasa dendam dan kebencian. Memang selalu ada pertentangan antara perasaan wajar kan kalau dendam, dengan perasaan ingin memperoleh hati yang damai sejahtera.
Dengan berjalannya waktu lama kelamaan saya tidak merasakan emosi yang mengganggu ketika mengingat peristiwa yang tidak enak. Bahkan saya bisa memandang positif berbagai peristiwa yang terjadi. Melalui pengampunan saya bisa memiliki sudut pandang yang berbeda. Saya pun merasakan bahwa kejadian-kejadian yang lampau tidak seratus persen kesalahan orang-orang tersebut. Ada juga bagian dimana saya melakukan kesalahan, bertindak emosional dan kurang berhikmat.
Seorang Pendeta yang juga teman saya menceritakan salah satu sudut pandang menarik dari Doa Bapa Kami. Disana ada kata Kami yang artinya Ia juga merupakan Tuhan dari kita dan orang yang telah menyakiti kita. Dalam bagian pengampunan pun kita melibatkan sang Bapa yang kita akui sebagai Tuhan untuk mengampuni kesalahan saya dan orang lain, sama seperti saya dan orang lain mengampuni orang yang bersalah kepada saya dan orang lain tersebut.
Apa yang saya ceritakan merupakan proses, tidak mudah memang tetapi bersama Tuhan kita bisa. Sebaliknya tanpa melibatkan Tuhan , kita hanya akan berlogika dan bertanya-tanya serta menyimpan dendam yang sia-sia.
Semoga tulisan ini bisa menjadi berkat bagi kita semua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar