Suhu politik kembali memanas menjelang pemilihan presiden Republik Indonesia. Pasangan calon presiden dan wakil presiden menyisakan nama Joko Widodo berpasangan dengan Jusuf Kalla dan Prabowo Subianto berpasangan dengan Hatta Rajasa. Beberapa rekan sempat merasa bosan dengan penuhnya timeline facebook mereka terisi oleh berita maupun kampanye dari pasangan capres-cawapres yang ada. Bahkan meskipun tidak secara langsung kenal dengan pasangan yang ada, banyak individu yang mati-matian melakukan kampanye hitam untuk menjatuhkan pasangan capres yang tidak ia dukung.
Fanatisme pendukung capres-cawapres seolah-olah menggambarkan bahwa masalah bangsa Indonesia bisa dipecahkan oleh 2 individu pemenang pemilihan presiden. Entah oleh Jokowi - Jusuf Kalla atau Prabowo - Hatta. Seakan-akan kalau "jagoan" mereka menang , masalah akan selesai. Padahal perubahan bangsa ini menuju arah yang lebih baik merupakan tanggungjawab masing-masing warganya. Sama seperti kota Jakarta, sekaliber apapun pejabatnya kalau mental warganya tidak berubah, sama saja bohong.
Filsuf ataupun motivator terkenal, menekankan bahwa perubahan harus dimulai dari diri kita sendiri. Mulai dari kebiasaan tepat waktu, pola hidup sehat, sampai melakukan kinerja yang efektif. Bagaimana bangsa ini mau berubah bila jam kerja "dikorupsi" untuk membuka Facebook atau keluyuran di forum Kaskus. Bagaimana kemacetan mau teratasi bila pengendara mobil maupun motor saling serobot. Demikian juga kualitas sumber daya manusia tidak akan bisa dibangun bila generasi muda malas-malasan untuk mengikuti proses pendidikan yang ada.
Alkitab mengisahkan, di bawah pimpinan Musa, bangsa Israel seringkali berbuat dablek, alias mengulangi kesalahan yang sama. Di saat itu, Tuhan menghukum mereka, sampai mereka berbalik kembali pada Tuhan, barulah Tuhan memberikan jalan keluar bagi mereka. Begitu juga dalam kisah pertempuran yang dipimpin oleh Daud, Gideon atau tokoh Alkitab lainnya, selalu melibatkan pasukan yang bergerak bersama. Tidak hanya sang panglima yang bertempur sendirian.
Memiliki pemimpin yang baik memang merupakan langkah yang tepat, akan tetapi perubahan baru bisa terjadi ketika setiap individu mau melakukan perubahan ke arah yang lebih baik.
Tuhan memberkati!
Yeremia 29:7: “Usahakanlah kesejahteraan kota ke
mana kamu Aku buang, dan berdoalah untuk kota itu kepada TUHAN, sebab
kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar