Salah satu pengalaman paling mendebarkan saat bepergian ke luar negeri adalah ketika harus berhadapan dengan petugas imigrasi. Sudah menjadi patokan sepertinya kalau petugas imigrasi yang memeriksa paspor sebelum mengijinkan kita masuk ke suatu negara memiliki sikap yang kaku , dilengkapi dengan wajah tanpa senyum. Terkadang petugas tersebut melirik tajam seolah-olah si pengunjung adalah teroris atau bandar narkoba.
Bukan tanpa alasan kalau gambaran mengenai petugas imigrasi terkesan angker. Waktu dulu mengunjungi negara China, saya pernah ditegur karena saat berhadapan dengan petugas imigrasi yang memeriksa paspor, saya nengok kesana kemari (padahal waktu itu bukan bermaksud tidak sopan, tetapi saya pikir karena si petugas sedang melihat paspor saya, ya buat apa juga saya terus melihat ke depan). Begitu juga di negara Singapura saya pernah melihat seorang bule tidak diijinkan masuk, karena ada perbedaan nama lengkap antara paspor dan tiket. Orang tersebut diminta kembali ke counter penerbangan untuk mengurus masalah ini.
Teman saya pun ada yang jadi "korban", dia disuruh pulang kembali ke Indonesia karena masa berlaku paspornya kurang dari 6 bulan (nah...buat yang paspornya kurang dari 6 bulan masa berlakunya, ayo segera diperpanjang!)
Hari ini saya juga berhadapan dengan petugas pemeriksa paspor.Saat memeriksa paspor saya, sang petugas tiba-tiba memasang tanda closed tepat di depan muka saya. Hal ini tentu membuat saya terkejut. Jangan-jangan ada masalah dengan paspor saya. Atau mungkin wajah saya mirip buronan yang sedang dicari. Tidak lama kemudian terdengar suara tawa si petugas imigrasi.
"Sorry! I Just try to be funny "
(Maaf, saya hanya sekedar melucu)
Wow...sesuatu yang jarang terjadi. Seorang petugas imigrasi dengan image yang angker, ternyata memiliki selera humor. Pelajaran yang saya tangkap adalah agar tidak buru-buru mencap seseorang karena image negatif yang selama ini ada pada orang tersebut. Saya tahu artikel yang sebelum ini bernada agak keras. Tetapi bukan berarti kita harus menciptakan gambaran atau cap negatif terhadap golongan tertentu.
Kita tidak memukul rata, oh...berarti kalau dari agama itu adalah orang yang suka mengancam gereja. Tentu tidak seperti itu. Jangan memusuhi hanya karena ada cap negatif terhadap golongan tertentu. Karena saya yakin jumlah saudara tidak seiman yang sikapnya baik jauh lebih banyak daripada mereka-mereka yang punya niat jahat (menjadi provokator dan pengadu domba)
Tuhan Memberkati!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar