Kamis, 19 Mei 2016

Bagaimana bila orang Samaria itu Gay?


Mendengar isu LGBT biasanya akan memancing empat macam reaksi. Yang pertama adalah menolak, yang kedua menerima, yang ketiga tidak menolak dan tidak menerima dan yang terakhir adalah menghindar untuk membicarakan topik ini. Saya termasuk orang yang tidak pro dengan LGBT dalam artian tidak mendukung hubungan yang demikian. Meskipun secara global tampak bahwa legalisasi LGBT adalah suatu hal yang wajar, dan ini akan menjadi tantangan tersendiri bagi Guru Sekolah Minggu terutama untuk menerangkan masalah ini kepada anak-anak, karena mereka memasuki jaman dimana hubungan LGBT (akan) dianggap wajar).

Namun demikian tidak pro dengan LGBT tidak menjadikan saya sebagai pembenci kaum LGBT. Karena dalam kategori "siapakah sesamaku manusia?" jawabannya adalah "orang yang telah menunjukkan belas kasihan kepadanya (kepada si korban perampokkan di dalam perumpamaan). Yesus memberi peran khusus kepada orang Samaria karena pada masa itu mereka adalah kaum yang tersisih dan dianggap pendosa. Bahkan salah satu bagian Alkitab menuliskan orang Samaria pernah menolak Yesus (Lukas 9:53). Dalam bagian lainnya juga diceritakan mengenai perempuan Samaria (yang memiliki hubungan gelap dengan laki-laki yang bukan suaminya), orang Samaria kusta yang bersyukur, dan lain-lain.

Samaria sebagai suatu wilayah juga masuk dalam area orang "belum percaya". Karena itu penginjilan di Kisah Para Rasul pun mencapai ke wilayah tersebut, dan rasul-rasul berdoa agar Roh Kudus juga tiba di Samaria (Kisah Para Rasul 8 : 15). Samaria yang awalnya dibenci atau tidak disukai oleh murid Yesus  (setelah peristiwa Yesus ditolak di Samaria, mereka pernah berkata, perlukah kami berdoa agar mereka dihujani api?)- Lukas 9:54) menjadi tempat Pekabaran Injil.

Firman Tuhan ingin menyampaikan bahwa kaum yang belum percaya atau tersisih bahkan disebut pendosa pun merupakan mereka yang layak dikasihi dan beroleh Firman Tuhan. Penginjilan akan lebih baik daripada pengusiran atau pengucilan. Dan kitapun percaya bahwa Tuhan yang bisa mengubah Saulus menjadi Paulus juga mampu mengubah seseorang untuk berada di jalan yang benar.

Sebelum saya lupa, judul artikel ini terinspirasi dari post Facebook yang saya baca hari ini. Seorang pelatih fitness dengan nama panggilan Scooby menyelamatkan tetangganya, seorang wanita tua berusia 99 tahun ke rumah sakit. Scooby sudah lama bertetangga dengan wanita ini, pada suatu kunjungan (ia memeriksa kondisi wanita ini secara berkala), ia menemukan wanita ini sedang kesulitan bernafas. Segera ia membawanya ke rumah sakit, dengan bantuan pasangannya (seorang pria). Di rumah sakit, nyawa wanita tua tersebut bisa tertolong, tetapi ia merasa shock dan tertekan. Untuk menguatkan wanita tersebut, Scooby berjanji untuk mengajaknya pergi ke pameran setelah wanita tersebut pulih kesehatannya.

Kita bisa saja membenci kaum LGBT, tetapi bagaimana bila wanita tua yang ditolong oleh mereka itu adalah keluarga kita sendiri? Ibu kita, nenek kita, adik atau anak kita? Apakah kebencian itu masih ada di dalam hati kita? 

Tuhan memberkati!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar