Selasa, 17 Mei 2016

Kabar Baik Setiap Hari


Berita mengenai kejahatan atau kriminalitas sebenarnya sudah biasa beredar di Indonesia, mulai dari kriminalitas jalanan sampai yang tingkatannya korupsi besar-besaran. Namun dalam satu dua minggu terakhir berita kriminal yang beredar benar-benar sensasional. Bukan hanya tersebar melalui surat kabar atau portal berita, namun juga mencapai ke media sosial seperti Facebook. Kejahatan seksual yang dilakukan secara sadis benar-benar memancing hati nurani untuk mengutuk para pelaku (kalau ada kesempatan mungkin sekalian melakukan tindak kekerasan kepada para pelaku).

Tidak hilang juga di ingatan mengenai kerusuhan Mei 1998 yang hingga sampai saat ini tidak menemui titik terang. Tidak ada aktor intelektual atau pelaku yang mendapatkan hukuman. Meskipun korban sudah berusaha menempuh jalur hukum dan melakukan investigasi. Bisa jadi korban Mei 1998 masih harus mengantri dengan golongan yang terdiskriminasi dan terhukum karena peristiwa 1965, walaupun golongan ini tidak tersangkut paut secara langsung dengan peristiwa tersebut.

Membaca dan mengetahui berbagai bentuk ketidakadilan membuat kita merasa miris dan bertanya-tanya apakah sudah begitu buruknya dunia? Kalau pertanyaan ini ditujukan langsung kepada Tuhan, barangkali jawabannya adalah Ya. Sejak dunia diciptakan manusia tidak henti-hentinya melakukan dosa. Sekalipun generasi terpilih (Nabi Nuh dan keluarganya) diselamatkan dari air bah, tetap saja keturunan mereka tidak lepas dari kejahatan dan dosa. Tuhan juga sudah menujukkan murka Nya dengan memusnahkan Sodom dan Gomora, namun ini tidak cukup untuk menghentikan kejahatan manusia.

Berita buruk tercipta karena tingkah laku manusia. Di sisi lain manusia sebenarnya bisa membawa berita baik. Hari ini saya membaca posting di Facebook mengenai pengabdian beberapa rekan yang melayani anak-anak jalanan. Mereka bersedia menukar kesempatan untuk bekerja di kantor atau mendapatkan gaji yang besar dengan bekerja secara sosial. Dari tulisan-tulisan mereka , tergambar bahwa mereka ingin mengubah "masa depan" anak-anak agar lebih baik. Mengangkat mereka dari kehidupan jalanan untuk menjadi orang-orang yang memiliki pendidikan maupun ketrampilan yang memadai.

Berita baik lainnya adalah dari teman saya yang mengabdikan diri untuk menjadi dokter di pedalaman. Ia menceritakan bahwa masyarakat disana sangat membutuhkan dokter. Untuk mendapatkan perawatan medis, warga harus menempuh perjalanan tiga sampai enam jam karena banyak wilayah yang tidak terjangkau fasilitas kesehatan yang memadai. Ia mengatakan bahwa pelayanannya ia lakukan karena ingin membantu masyarakat tersebut meskipun pendapatan yang ia terima jauh lebih rendah bila dibandingkan bila ia praktek di kota-kota besar.

Minggu lalu pun saya mendengarkan sebuah kisah yang menyentuh hati. Sepasang suami isteri harus berjuang keras untuk mencari biaya pengobatan anaknya yang mengalami penyakit yang parah. Mendengar kondisi mereka, teman-teman mereka membuat sebuah gerakan di Facebook untuk mengumpulkan dana. Berita mengenai pengumpulan dana ini pun tersebar luas. Ada orang-orang yang tidak mengenal mereka secara langsung turut tergerak untuk memberikan bantuan.

Saya rasa bila mau dihitung-hitung kabar baik juga bisa sama banyaknya dengan kabar buruk. Dan daripada hanya menjadi pembaca dan komentator, kita bisa pro aktif menjadi sumber dari kabar baik. Dalam perjalanan salib yang bisa dibilang sebagai sesuatu yang buruk (saat itu) masih terselip Simon dari Kirene yang turut memikul salib Yesus. Begitu juga dalam ketakutan yang menimpa Daud, masih ada Yonatan yang bersedia membantunya. Mari menjadi bagian dari pencipta kabar baik.

Tuhan memberkati

Tidak ada komentar:

Posting Komentar