Kamis, 05 Mei 2016

Menyikapi Per Ahok an


Di hari kerja, hari Sabtu, hari Minggu bahkan di saat libur nasional, media online, televisi maupun surat kabar pasti akan memberitakan mengenai satu nama yaitu Ahok, nama panggilan dari Basuki Tjahja Purnama, Gubernur DKI saat ini. Menurut beberapa survey nama Ahok lebih banyak disebut oleh media dibandingkan Presiden Joko Widodo, walaupun beliau tentunya juga sering tampil di media. Nama Ahok mulai meroket sejak ia menggantikan Jokowi menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta. 

Mulanya yang diberitakan adalah seputar kinerjanya sebagai Gubernur yang baru, namun pemberitaan mengenai dirinya semakin meningkat semenjak ia mencalonkan diri secara independen untuk pemilihan Gubernur Jakarta periode berikutnya. Gerakan pengumpulan KTP untuk pencalonan Ahok pun sudah mencapai lebih dari 750.000 KTP (tanggal 5 Mei 2016). Hal ini menunjukkan betapa banyaknya dukungan untuk Ahok agar menjabat kembali.

Ada dukungan tentu saja ada juga yang tidak mendukung. Berbagai permasalahan terus menerpa Ahok, mulai dari isu SARA sampai dugaan bahwa beliau terlibat dalam kasus tertentu. Hal ini tentunya bukan sesuatu yang aneh, mengingat posisi Gubernur DKI merupakan posisi strategis secara politis. Persaingan untuk mendapatkannya bisa dilakukan dengan saling jegal. Meskipun, dalam beberapa kesempatan sebenarnya Ahok sendiri mengatakan bahwa andai tidak jadi Gubernur atau gagal maju pun tidak apa-apa. 

Segala kemungkinan bisa terjadi. Tuhan Yesus saja yang melakukan kebaikan pada akhirnya bisa disalib. Andai Ahok tidak terpilih atau kalah dalam pemilihan Gubernur, siapkan para pendukungnya untuk menerima hal itu? Atau agar Ahok menang, para pendukung melakukan segala cara kalau perlu membuat berita hoax untuk menuduh lawan politiknya atau membully yang bukan golongan "temannya Ahok". Ini merupakan ujian tersendiri bagi kita yang diharapkan menjadi Kitab Terbuka dalam bersikap. 

Dukungan hardcore membabi buta walaupun bisa memenangkan Ahok tapi menjadi batu sandungan buat orang lain , di mata Tuhan itu adalah sesuatu yang salah. Alkitab pernah mengisahkan, dalam keadaana terdesak Saul pernah menggunakan jasa tukang ramal , sesuatu yang dibenci Tuhan. Demikian juga dengan raja-raja Israel lainnya, mereka menyembah berhala atau mengandalkan kekuatan sendiri sehingga akhirnya kalah dalam pertempuran.

Sebagai orang percaya, kita tidak perlu ikut-ikutan cara dunia dalam memberikan dukungan atau kritik. Tidak perlu reaktif dan emosional dalam menghadapi haters. Sebaliknya kita mendukung dalam doa dan melakukan kegiatan yang positif. Jangan sampai malah dukungan untuk calon gubernur pilihan kita lebih besar daripada dukungan yang kita berikan untuk pelayanan yang kita lakukan.

Tuhan memberkati!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar