Saat orang yang kita kasihi meninggalkan kita untuk selama-lamanya perasaan sedih pasti tidak bisa ditutup-tutupi. Apalagi ketika mereka direnggut dari hidup kita dengan cara yang di luar dugaana kita. Kata-kata penghiburan terasa hambar dan tidak ada artinya. Saya pernah merasakan hal ini dan sampai sekarang pun saya masih berproses untuk memahaminya.
Berat bagi saya untuk menuliskan kata-kata perdamaian atau himbauan untuk tidak membenci ketika pada kenyataannya bom Molotov merenggut nyawa seorang anak. Sebagai Guru Sekolah Minggu, saya mengasihi murid-murid saya, meskipun mereka bukan keluarga kandung saya. Saya turut merasa sedih bila sesuatu yang buruk terjadi pada mereka. Karena itu saya pun bisa merasakan kesedihan yang dialami oleh keluarga korban bom molotov Samarinda.
Mungkin Molotov menghentikan kehidupan seorang anak. Mungkin penyakit menghentikan kehidupan orang yang kita kasihi. Atau bencana dan apapun yang bisa merenggut nyaway manusia.
Tetapi kita yang masih hidup di dunia ini, hidup kita masih berjalan. Mereka yang meninggalkan kita tidak pernah berharap kita akan berdiam di dalam duka. Disana mereka menaruh harapan agar kita melanjutkan kehidupan yang bermakna. Kita hanya berhenti sesaat dan akan berjalan kembali, menyelesaikan tugas kita masing-masing di dalam kehidupan ini.
Di seberang pelangi nanti kita akan bertemu lagi.
Tuhan memberkati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar