Selasa, 22 November 2016

Haman dan Mordekhai - Menghadapi Pentas 2 Desember


Haman dan Mordekhai merupakan tokoh sentral dalam Kitab Ester. Meskipun kitab Ester, sesuai dengan namanya, menceritakan mengenai kehidupan Ester yang menjadi ratu menggantikan Wasti, namun konflik yang terjadi dalam kisah ini dimulai oleh ketidaksukaan Haman terhadap Mordekhai. Alkitab menuliskan bahwa Mordekhai tidak bersujud hormat pada Haman yang merupakan pejabat yang dipercaya oleh Raja Ahasyweros.

Haman yang merasa tersinggung dengan sikap Mordekhai tidak ingin hanya melenyapkan Mordekhai saja, karena baginya hal itu terlalu kecil. Ia lalu berencana untuk membasmi orang-orang yang satu suku dengan Mordekhai. Raja Ahasyweros yang merupakan penguasa wilayah yang sangat besar ternyata begitu saja mempercayai hasutan Haman dan setuju dengan apa yang ingin dilakukan oleh Haman. 

Dengan senang hati Haman membuat tiang-tiang hukuman untuk Mordekhai dan kerabatnya. Begitu keji hati Haman, hanya karena tersinggung, ia mendendam dan ingin menghilangkan nyawa orang lain. Padahal, Haman sendiri sebagai seorang pejabat yang dipercaya hidupnya sudah sejahtera. Tanpa perlu menghukum Mordekhai pun ia bisa berbahagia. 

Singkat cerita, bila kita membaca kitab Ester secara lengkap, pada akhirnya Mordekhai malah ditinggikan oleh Raja, sedangkan Haman menerima hukuman yang berat. Tiang yang tadinya akan digunakan untuk menghukum Mordekhai dijadikan tiang untuk menghukum Haman dan keluarganya. Benar-benar suatu hal yang memprihatinkan. 

Dalam kehidupan kita saat ini, kita perlu memahami bahwa Tuhan tidak tinggal diam melihat ketidakadilan. Saat kita merencanakan kejahatan bagi orang lain, Ia pun mengetahuinya. Begitu juga ketika kita berbuat kebenaran Ia pun ada di pihak kita meskipun seringkali kita tidak merasakan hal tersebut. Hukum tabur tuai berlaku, setiap orang akan mendapatkan sesuai dengan apa yang telah ditanamnya.

Kebencian yang dipupuk akan berkembang menjadi kejahatan. Sedangkan kasih akan berkembang menjadi kedamaian. Gerakan-gerakan yang dilandasi dengan kebencian dan ketidaksukaan, apakah yang terjadi pada 4 November maupun yang direncanakan pada tanggal 2 Desember tidak sepatutnya dibalas dengan kebencian. Murid Tuhan Yesus harus tetap memancarkan kasih Nya dan tidak ikut-ikutan menyebarkan kebencian. 

Bila kita percaya dan mengandalkan Tuhan Yesus, kita tidak perlu mengandalkan diri kita untuk mengutuk, mengumpat atau memprovokasi orang lain untuk membenci kelompok lain. Kalau Mordekhai yang akan dihukum mati pun akhirnya bebas, demikian juga bila orang yang tidak bersalah menjadi tersangka.

Tuhan memberkati

Tidak ada komentar:

Posting Komentar