Minggu, 06 November 2016

Jangan Membenci (Umat) Muslim


Karena kejadian demonstrasi 4 November kemarin, efeknya timeline media sosial menjadi berwarna warni antara pro dan kontra. Banyak pula dari kalangan saudara seiman yang menuliskan kata-kata kebencian yang ditujukan untuk kaum Muslim. Mulai dari yang bentuknya sindiran, sampai yang agak kasar. Unfriend dan Unfollow pun terjadi, dan tidak jarang ada yang terseret dalam debat yang panjang antara teman Muslim dengan teman Kristen.

Bagi saya sendiri berinteraksi dengan teman yang Muslim sejauh ini baik-baik saja sehingga sulit bagi saya untuk membenci orang Muslim apalagi sampai melabel bahwa orang Muslim itu jahat. Kalau masalah jahat menurut saya umat manusia di muka bumi, apapun agamanya pasti ada bagian yang tingkah lakunya buruk. Karena umat manusia selama masih tinggal di bumi, mereka masih berproses. Ada yang masih belajar (untuk bertingkah laku baik) dan ada yang sudah baik.

Ketika melakukan solo travel ke tiga negara (sekitar tiga tahun lalu), saya terkena diare parah di Kuala Lumpur, padahal besoknya harus terbang ke Singapura. Apes bagi saya saat itu, bukannya mendapat pertolongan malah saya diperas sopir taksi (padahal dia satu ras sama saya lo), sopir taksi menawarkan jasa untuk ke dokter dengan biaya yang tinggi. Padahal waktu sampai di dokter, si dokter tidak mau memeriksa dengan alasan saya tidak bawa paspor dan lain2nya, dia takut saya kenapa2 dan nggak ada identitas yang jelas (paspor saya tinggal di hotel). Sopir taksi tidak mau tahu urusan ini, padahal dia ikut saya masuk ke tempat dokter. Tetap dia minta bayaran yang tinggi itu.

Singkat cerita dengan kondisi belum pulih benar, esok harinya saya tetap lanjut ke Singapura. Di ruang keberangkatan, saya bertemu dengan warga Singapura, dia seorang Muslim. Kami berkenalan karena kami satu pesawat dan sama-sama kena delay. Saat tahu saya sedang sakit, dia bilang tenang saja, nanti di Singapura dia bantu. Dan ternyata benar, sampai di bandara Changi (Singapura), dia membantu saya mencari alamat hotel, lewat komputer di Bandara. Lalu ia juga mengantar saya untuk membeli tiket MRT khusus Turis (yang harganya jauh lebih murah - saya tidak tahu tentang ini sebelumnya).

Tidak berhenti sampai disitu, ia menemani saya naik MRT. Ia sebenarnya menawarkan untuk mengantarkan sekalian ke hotel, tetapi saya menolak dengan halus, karena kondisi saya sudah membaik. Saya tidak enak karena ia harus bayar MRT lebih mahal bila sampai ke daerah tempat hotel saya berada. 

Pengalaman bersama teman-teman Muslim juga saya alami saat saya bertugas di Lombok selama satu bulan. Di proyek penelitian tersebut saya satu-satunya yang Kristen. Namun demikian seluruh teman Muslim benar-benar memperlakukan saya dengan baik. Begitu juga dengan warga sekitar, mereka berlaku ramah dan selalu bersedia membantu. Warga juga mengijinkan saya menggunakan Mushola dan Masjid untuk pengambilan data (melakukan tes psikologis).

Selama di Lombok kebaikan teman-teman dan warga Muslim juga tidak disertai dengan usaha untuk meng "Islam" kan saya atau memperkenalkan agama mereka ke saya. Mereka benar-benar tulus membantu saya selama penelitian disana. 

Saya percaya orang-orang yang melakukan kekacauan yang berbau agama hanyalah sebagian kecil dari masyarakat Indonesia. Sangat disayangkan bila kita mendengki atau membenci komunitas tertentu hanya karena perlakukan sebagian kecil orang.

Saat Yesus berkata kasihilah sesamamu manusia, ia tidak mengkhususkan apakah sesama yang Kristen saja, yang Batak saja, yang Chinese saja, yang Jawa saja, dan lainnya. Sesama manusia adalah sesama manusia - seperti dirimu sendiri.

Tuhan Memberkati

Tidak ada komentar:

Posting Komentar