Jumat, 23 Desember 2016

120 Km dan Sebuah Palungan


Maria dan Yusuf mendapatkan Kabar Baik bahwa bayi yang dikandung Maria akan dilahirkan sebagai Juru Selamat. Orangtua manapun akan merasa bahagia dengan kabar baik ini. Bahwa anaknya akan menjadi penyelamat dunia. Ditambah lagi saat itu bangsa Israel sedang berada dalam penjajahan Romawi (setelah pada masa-masa sebelumnya mereka juga hidup sebagai bangsa yang tertindas). Di sisi lain, Maria yang "mendadak mengandung" tentunya menjadi permasalahan tersendiri.

Yusuf hampir menceraikan Maria bila ia tidak diingatkan oleh Malaikat. Dengan aturan budaya yang ketat di zaman itu, merupakan beban tersendiri bila seseorang mendadak mengandung tanpa alasan yang jelas. Tidak jarang hal ini akan dibicarakan orang sebagai perzinahan. Namun demikian Maria dan Yusuf tetap bertahan pada iman mereka dan berupaya menjaga kandungan Maria agar tetap baik-baik saja. Keduanya menunjukkan ketaatan yang luar biasa.

Rupanya, meskipun mendapat status sebagai orang yang akan menjaga Sang Bayi Juruselamat, Maria dan Yusuf masih harus mengikuti titah Kaisar Romawi untuk ikut serta dalam sensus penduduk. Jarak Nazaret ke Bethlehem adalah 120 Km. Suatu perjalanan yang jauh dengan kondisi Maria yang mengandung. Diperkirakan perjalanan ini ditempuh pasangan ini selama 5 sampai 6 bulan. Lagi-lagi mereka menjalaninya dengan penuh ketaatan. 

Sesampainya di Bethlehem, seperti kita ketahui Maria dan Yusuf tidak mendapatkan tempat tinggal yang layak. Mereka mau tidak mau menetap di sebuah kandang. Di tempat inilah kemudian Juru Selamat dilahirkan. Tepatnya di sebuah palungan yang dalam artian sebenarnya adalah tempat makan dari hewan-hewan ternak.

Kondisi yang dialami oleh Maria dan Yusuf begitu kontras dengan suasana Natal jaman ini yang identik dengan komersialitas dan berbagai perayaan. Tidak jarang pula perayaan Natal malah memicu konflik antar panitia, majelis jemaat atau pendeta. Karena persiapan Natal yang sangat padat dan sibuk, sesama panitia menjadi mudah tersinggung. Padahal sebenarnya kelahiran Yesus sangat "biasa" saja. Ini merupakan pesan bagi kita bahwa Natal sendiri tidaklah terlalu penting (merayakan kelahiran Yesus), yang penting justru adalah menerapkan ajaranNya seperti ketaatan yang ditunjukkan oleh Maria dan Yusuf.

Pelajaran berikutnya adalah, dalam mengikut Tuhan dan taat pada perintah Nya, ada harga yang harus dibayar. Bahkan harga ini tidak diikuti dengan "fasilitas" yang memadai. Maria dan Yusuf tidak beroleh keajaiban yang membuat mereka tidak usah capek-capek melewati 120 Km untuk ke Bethlehem. Mereka juga tidak naik status sebagai pejabat yang bisa beroleh status khusus untuk tidak ikut sensus penduduk. Sampai di Bethlehem juga tidak ada istana dan sambutan yang meriah.

Namun keduanya tidak mengeluh. Mereka menjalani semuanya dengan tulus. Sampai di penghujung 2017 mungkin sebagai pengikut Tuhan, banyak keinginan atau kebutuhan kita yang belum terjawab. Atau sudah pelayanan dan ikut Tuhan tetapi hidup tetap sulit. Berkaca pada apa yang dialami oleh Maria dan Yusuf, di balik kesulitan kita tetap mau taat dan setia. Karena bukan di dunia ini kita akan berbahagia, tetapi di surga nanti, saat kita duduk bersama Juru Selamat dalam damai sejahtera.

Tuhan memberkati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar