Selasa, 24 Januari 2017

Pengikut Yesus kok begitu? (Media Sosial dan Tubuh Kristus)


Saat membaca status di media sosial atau link-link website (yang kebenarannya diragukan), seringkali kita ingin ikut untuk memberikan komentar. Terutama bila apa yang kita baca tersebut menyinggung perasaan kita. Dan yang lebih terutama lagi kalau yang namanya agama atau kepercayaan yang selama ini kita anut "dilecehkan" atau "dihina oleh orang lain". Bagi kita sangat mudah untuk bersikap reaktif.

Jaman sudah semakin maju, untuk memberi respon kita bisa menghujat balik lalu klik reply atau comment atau post. Atau di negara yang dilingkupi atmosfer demokrasi seperti Indonesia, kita bisa mengumpulkan orang-orang yang sama-sama merasa "tersinggung" untuk membuat demo besar-besaran atau setidaknya membuat petisi maupun tuntutan. Intinya kalau merasa "terhina", sangat mudah untuk melakukan serangan balik. 

Hal ini tentunya memicu suasana media sosial yang semakin panas karena adanya saling serang, saling sindir, dan saling nyinyir antara kubu yang merasa ternista dan kubu yang merasa lebih benar daripada mereka yang merasa ternista. Orang-orang yang merasa lebih benar ini lalu membuat meme atau menertawakan hal yang dianggap "kebodohan" dari mereka yang merasa ternista. Ini pun bukan suatu hal yang baik. Karena mengolok-olok pihak lain tidak mencerminkan kasih yang Tuhan ajarkan.

Yesus tidak pernah mengajarkan kita untuk mengolok-olok orang lain atau meninggikan diri kita , merasa lebih pintar daripada orang lain. Karena dengan melakukan hal tersebut ini malah merusak "jembatan" yang sedang ingin kita bangun. Untuk membantu mengantarkan mereka yang belum kenal Yesus sehingga bisa kenal dengan Yesus. 

Bayangkan, bila untuk pergi ke suatu tempat, Anda harus melalui jembatan. Nah saat lewat jembatan itu, kita dihina-hina, diolok-olok, pasti kita merasa tidak nyaman kan? Lebih baik toh saya lewat jalan lain saja.

Berbeda bila saat lewat jembatan kita bertemu dengan orang-orang yang ramah dan membantu. Kita pasti akan berpikir, nah inilah "Jalan yang Benar". 

Sampai kapan saling serang di media sosial berlangsung?
Kembali lagi ke diri kita masing-masing. Kalau masih mau menanggapi berita dan post yang provokatif, pastinya kita ikut ambil bagian dalam merusak wajah Gereja (kumpulan orang percaya) di dunia. 

Posting yang bersifat provokatif dibuat memang untuk memprovokasi toh? Untuk memanas-manasi suasana.
Saat tidak kita hiraukan, berarti tujuannya tidak tercapai.

Kalau memang pengikut Yesus, tidak perlu ikut-ikutan bereaksi terhadap hal yang provokatif. Mari kita tampakkan wajah Gereja yang damai dan ramah.

Tuhan Yesus Memberkati

Tidak ada komentar:

Posting Komentar