Sejak tersangkut kasus dugaan penistaan agama, Gubernur DKI Basuki Tjahja Purnama sepertinya tidak pernah absen mengikuti proses persidangan. Berbeda dari tersangka kasus hukum lainnya yang biasa mangkir (absen) dari persidangan untuk mengulur waktu atau bahkan melarikan diri, Basuki Tjahja Purnama atau lebih dikenal dengan nama Ahok tetap mengikuti proses hukum di tengah kesibukan beliau.
Dalam waktu bersamaan dengan kampanye pemilihan Gubernur berlangsung, sedikit banyak kasus yang menimpa beliau turut mempengaruhi hasil pemilihan dimana ia kalah dalam pemungutan suara putaran ke dua. Ia menyikapi kekalahan dengan cara yang elegan, mengakui dan tidak membuat protes. Ia tidak membawa urusan kekalahannya kesana kemari. Ia juga tidak memanas-manasi pendukungnya untuk berdemo.
Di sisi lain, pendukungnya juga tidak melakukan demonstrasi anarkis, melainkan mengirimkan bunga sebagai tanda terimakasih atas pengabdiannya. Yang anehnya, pengiriman bunga ini malah mendapatkan tanggapan sinis dari pihak-pihak tertentu. Padahal secara pribadi saya menganggap lebih baik uang untuk membeli bunga daripada untuk mendanai gerakan-gerakan yang anarkis. Tetapi sekali lagi kesinisan pihak-pihak tertentu itu tampak tidak ditanggapi oleh Ahok.
Secara sepintas kita seperti diperlihatkan pada fenomena "yang baik malah kalah".
Namun kalau dilihat dari konteks Alkitab, fenomena ini tidak jarang kok kita temukan, sejak Perjanjian Lama sampai Perjanjian Baru.
Di Perjanjian Lama, kita melihat bagaimana Elia yang berjuang melawan Izebel dan nabi-nabi Baal malah harus bersembunyi ketakutan karena Izebel mengancamnya setelah Elia atas bantuan Tuhan mengadakan mujizat. Begitu juga Daud yang populer setelah mengalahkan Goliath, bukannya dihargai malah dimusuhi oleh Saul, ia dikejar-kejar bagaikan penjahat besar. Juga bagaimana kita melihat orang-orang yang taat pada Tuhan dalam kitab Daniel, Tuhan ijinkan untuk dimasukkan dalam perapian yang menyala dan harus menghadapi singa-singa buas di dalam gua.
Bila di Perjanjian Lama, kita melihat jelas, mereka yang "benar" ditolong oleh Tuhan, seperti Daniel dan teman-temannya yang tetap dilindungi, dan Elia yang dijemput langsung oleh Kuasa Surgawi, di Perjanjian Baru nasib mereka yang berjalan dalam kebenaran kelihatan lebih buruk (dari kacamata duniawi yang kita pakai). Mulai dari Yohanes Pembaptis yang dipenggal karena menegur Herodes, Yesus yang kalah voting lawan Barabas, Yakobus yang dihukum mati, Stefanus yang dirajam.
Seakan-akan kalau kita lihat semakin bertambah jaman, kebenaran semakin berada di pihak yang kalah.
Namun demikian pada dasarnya Terang akan selalu mengalahkan kegelapan. Pengorbanan mereka yang dihukum karena kebenaran berbuah lebat sampai sekarang. Kerajaan Romawi yang menghukum mati Yesus sudah tidak tersisa di jaman ini sebaliknya Injil Keselamatan tersebar hampir ke seluruh penjuru dunia. Kuasa Kebenaran tidak pernah terkalahkan. Saulus yang anti Yesus dibuat Nya bertekuk lutut dan mengakui ke Maha Kuasaan Yesus. Herodes yang sombong ditampar Malaikat hingga menemui ajal.
Seperti namanya Basuki Tjahja Purnama, cahaya purnama akan tetap bersinar di tengah kegelapan. Mungkin ia dan pendukungnya sudah kalah dalam pemilihan gubernur. Sama seperti pengikut Yesus yang "kalah" melawan tekanan Romawi. Namun akan tiba waktunya Terang bersinar melalui orang-orang yang tetap berjalan dalam Kebenaran. Sehingga Kebenaran akan dimuliakan. Tidak hanya oleh satu orang Basuki Tjahja Purnama, tetapi oleh seluruh pengikut Kristus yang tetap menjaga imannya di dalam situasi sulit.
Tuhan memberkati.
*untuk Pak Basuki Tjahja Purnama kalau Anda membaca tulisan ini, mungkin Bapak kalah di pemilihan Gubernur, dan bisa jadi Bapak kalah di persidangan. Tidak apa-apa, asal di Mata Tuhan Bapak menang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar