Iman adalah dasar dari segala
sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.
Demikianlah definisi iman yang
tertulis dalam surat Ibrani. Dikatakan secara tajam, iman merupakan dasar,
yaitu dasar dari harapan kita, meskipun hal tersebut (apa yang diharapkan)
belum dapat kita lihat atau kita perkirakan akan terjadi. Dalam Injil tertulis
beberapa kali Tuhan Yesus mengatakan mengenai iman seseorang.
“Imanmu menyelamatkanmu”
“Tidak pernah Kujumpai iman
seperti ini”
Ia mengatakan hal-hal tersebut
kepada orang-orang yang Ia beri pertolongan. Mereka beriman atau percaya kepada
Yesus secara penuh, walaupun tidak tahu apakah harapan mereka akan dijawab atau
tidak. Yang penting saat itu mereka benar-benar menaruh percaya kepada Yesus.
Tidak mempertanyakan siapa itu Yesus, apakah benar dia Tuhan, darimana
kuasaNya?
Yesus yang saat itu hidup dan
berjalan di tengah-tengah masyarakat, sungguh dikenal kuasa Nya. Ia menjadi
semacam pujaan hati orang-orang yang membutuhkanNya. Kita pun mudah untuk memujaNya ketika segala
sesuatu berjalan dengan lancar dan baik. Atau setidaknya kuasa Tuhan masih “terlihat”.
Mungkin doa belum dijawab, tapi hidup terpelihara. Masih ok lah untuk beriman.
Mungkin doa belum dijawab tetapi hidup masih menyenangkan , masih ok juga untuk
beriman.
Kondisi “iman” pengikutnya
berbalik seperti air yang ditumpahkan dari gelas saat Yesus memasuki masa
sengsara. Yesus disiksa dan harus memikul salib. Tidak ada tanda-tanda Yesus
akan melakukan mujizat. Ia ditangkap tanpa perlawanan. Ia jatuh berkali-kali
saat memikul salib. Kesaktiannya yang disegani seolah-olah hilang. Ia tidak
menyembuhkan luka-luka Nya sendiri.
“Nggak salah nih? Ini orang yang
dipercaya sebagai Juruselamat?”
“Wah jangan-jangan dia selama ini
hanya penipu, menggunakan trik-trik untuk membuat mujizat”
“Untunglah aku nggak ikut jadi
muridNya
Sampai detik tangan dan kaki Nya
terpaku di kayu salib, Yesus pun tampil seperti manusia pada umumnya, dengan
luka-luka yang parah, lebam, mengerang kesakitan.
Sementara para hatersnya atau
pembencinya terus menerus menghujat. Menantangnya untuk turun dari salib. Bisa
jadi pengikut-pengikut maupun simpatisan yang diam-diam mengamati dari kejauhan
turut menaruh harapan agar Yesus benar-benar turun dari salib.
Ayo Guru tunjukkan kepada mereka
kuasa Mu! Guru, mereka sudah keterlaluan, ayo beri pelajaran! Suruh mereka diam
seperti Engkau memerintahkan badai untuk tenang. Atau hardik mereka seperti
saat Engkau mengusir Legion, kumpulan setan-setan yang Kau usir ke dalam tubuh
babi. Atau barangkali Musa dan Elia akan datang menolongNya, orang-orang kudus
yang tampil ketika Engkau dimuliakan di atas gunung.
Sayangnya Yesus tidak memenuhi
harapan untuk turun dari salib. Ia tetap terpaku tak berdaya disana.
Sayangnya Yesus tidak melulu
menunjukkan kuasa Nya seperti yang kita harapkan.
Ada momen-momen di dalam hidup
kita yang kita tidak pahami. Kemana Engkau Tuhan? Mengapa diam saja? Dimana
kuasa Mu?
Yesus seolah tidak berdaya,
menatap orang-orang yang Ia kasihi dari atas kayu salib. Ia seolah diam saja
menatap kita yang kesulitan, yang berharap, dimana harapan itu benar-benar
bukan untuk keuntungan kita semata. Harapan untuk keluarga yang utuh, harapan
untuk kesembuhan orang lain, harapan untuk setidaknya hidup dengan cukup, dan
lain-lain. Atau mungkin harapan untuk bebas dari penindasan.
Dalam kondisi Yesus yang diam dan
tak berdaya. Masih adakah iman dan percaya kepada Nya?
Ingat, kisah Yesus tergantung di
kayu salib terjadi sebelum kisah kebangkitan Nya.
Yang saat itu bisa dilihat
hanyalah kondisi Yesus yang mengenaskan.
Bisa jadi sebagian besar pengikut
setiaNya menganggap Ia bukanlah Tuhan. Ia hanya orang biasa dengan kemampuan
super yang sekarang harus mati.
Percayakah engkau kepada Yesus
yang diam?
Di sampingnya seorang penjahat
juga tergantung di salib, juga sedang menjelang ajalnya. Entah kesalahan apa
yang ia buat. Alkitab hanya menuliskan bahwa ia adalah seorang penjahat. Namun
rupanya di tengah-tengah hujatan terhadap Yesus, si penjahat mengatakan sesuatu
yang menurut saya secara pribadi hanya bisa dikatakan bila ia mempunyai iman.
Lalu ia berkata: "Yesus, ingatlah akan aku, apabila
Engkau datang sebagai Raja." (Lukas 23 : 42)
Sungguh iman yang luar biasa. Si
penjahat ini masih percaya bahwa Yesus akan datang kembali sebagai Raja. Dengan
kata lain ia percaya bahwa Yesus lah Mesias, yang meskipun nanti mati, ia akan
bangkit dan datang kembali. Ingat! Saat si penjahat mengatakan hal tersebut,
Alkitab belum dicetak, Yesus belum bangkit. Tetapi dengan sepenuh hati ia bisa
berkata Yesus akan datang kembali sebagai Raja.
Yang membuatnya lebih luar biasa
lagi ialah si penjahat mengatakannya saat Yesus kelihatan tidak berdaya. Sudah
babak belur hancur-hancuran. Mudah mengatakan percaya Yesus! Beriman pada
Yesus! Saat Yesus memang tampak menunjukkan kuasa dan kemuliaanNya. Bagaimana
saat Yesus diam dan seolah tidak bisa apa-apa? Mampukah kita tetap percaya
seperti si penjahat yang mengakui ke Mesiasan Yesus?
Menjelang detik-detik akhir di
kayu salib, Yesus tetap menjawab iman orang yang percaya kepada Nya.
Tidak dengan turun dari salib.
Kata Yesus kepadanya: "Aku
berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama
dengan Aku di dalam Firdaus." (Lukas 23 : 42)
Dialah orang pertama yang masuk
ke surga karena imannya kepada Yesus. Ia
tetap percaya meskipun keadaan Yesus saat itu tidak lebih baik daripada
dirinya. Ia mendapat kehormatan untuk mendahului orang-orang percaya lainnya.
Bersama Yesus di Firdaus, detik itu juga.
Kisah ini tercatat sebagai sebuah
kesaksian. Bahwa memang benar ada saat-saat dimana Ia tidak melakukan apa-apa.
Ada masa-masa ketidakadilan terjadi dalam hidup kita. Penindas dan penghujat
tampak dibiarkan bebas berkuasa. Sakit penyakit tidak terhindarkan. Masalah
yang mencekik kehidupan, dan lain-lain.
Adakah iman kita tetap pada Yesus?
Adakah kita tetap berada di
sampingNya dan berkata, “Aku tetap percaya kepada Mu, meskipun Engkau tidak
melakukan apa-apa”
Bacalah Ibrani 11 : 1-40
Setelah dibuka dengan tulisan
mengenai iman, dituliskan juga mengenai saksi-saksi iman. Jangan berhenti di
tengah. Karena pada kisah mengenai saksi-saksi iman, tergambarkan bagaimana
iman “menyelamatkan”, membereskan masalah dan lain-lain. Baca sampai akhir
perikop.
Ayat 36 – 40 menggambarkan dengan
jelas hal-hal yang mungkin selama ini tidak terpikirkan. Deraan, celaan, bahkan
siksaan karena iman.
Dan mereka semua tidak memperoleh
apa yang dijanjikan itu, sekalipun iman mereka telah memberikan kepada mereka
suatu kesaksian yang baik. (Ibrani 11 : 39)
Meskipun beriman dan menjadi
kesaksian yang baik, mereka (orang beriman) tetap hidup dalam kesulitan.
Tetapi ayat 40 menutup perikop ini dengan indah
Sebab Allah telah menyediakan sesuatu yang lebih baik bagi kita; tanpa
kita mereka tidak dapat sampai kepada kesempurnaan.
Ada yang lebih baik yang
disediakanNya bagi kita. Bagi kita yang bertahan dalam iman. Bagi kita yang
tetap percaya kepada Nya, meskipun seringkali kuasa Nya tidak terlihat, meskipun
doa-doa kita tidak terpenuhi sesuai harapan.
Tetaplah memikul salib, sampai
pada waktunya nanti, menjelang detik-detik akhir hidup kita, Yesus akan berkata
di samping kita :
“hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam
Firdaus.”
Tuhan memberkati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar