Selasa, 30 Mei 2017

Yesus Turunlah dari Salib!




Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.
Demikianlah definisi iman yang tertulis dalam surat Ibrani. Dikatakan secara tajam, iman merupakan dasar, yaitu dasar dari harapan kita, meskipun hal tersebut (apa yang diharapkan) belum dapat kita lihat atau kita perkirakan akan terjadi. Dalam Injil tertulis beberapa kali Tuhan Yesus mengatakan mengenai iman seseorang. 

“Imanmu menyelamatkanmu”

“Tidak pernah Kujumpai iman seperti ini”

Ia mengatakan hal-hal tersebut kepada orang-orang yang Ia beri pertolongan. Mereka beriman atau percaya kepada Yesus secara penuh, walaupun tidak tahu apakah harapan mereka akan dijawab atau tidak. Yang penting saat itu mereka benar-benar menaruh percaya kepada Yesus. Tidak mempertanyakan siapa itu Yesus, apakah benar dia Tuhan, darimana kuasaNya?

Yesus yang saat itu hidup dan berjalan di tengah-tengah masyarakat, sungguh dikenal kuasa Nya. Ia menjadi semacam pujaan hati orang-orang yang membutuhkanNya.  Kita pun mudah untuk memujaNya ketika segala sesuatu berjalan dengan lancar dan baik. Atau setidaknya kuasa Tuhan masih “terlihat”. Mungkin doa belum dijawab, tapi hidup terpelihara. Masih ok lah untuk beriman. Mungkin doa belum dijawab tetapi hidup masih menyenangkan , masih ok juga untuk beriman.

Kondisi “iman” pengikutnya berbalik seperti air yang ditumpahkan dari gelas saat Yesus memasuki masa sengsara. Yesus disiksa dan harus memikul salib. Tidak ada tanda-tanda Yesus akan melakukan mujizat. Ia ditangkap tanpa perlawanan. Ia jatuh berkali-kali saat memikul salib. Kesaktiannya yang disegani seolah-olah hilang. Ia tidak menyembuhkan luka-luka Nya sendiri.
 Memasuki parade penyaliban, kita bisa mendengar komentar-komentar miring berkata,

“Nggak salah nih? Ini orang yang dipercaya sebagai Juruselamat?”

“Wah jangan-jangan dia selama ini hanya penipu, menggunakan trik-trik untuk membuat mujizat”

“Untunglah aku nggak ikut jadi muridNya

Sampai detik tangan dan kaki Nya terpaku di kayu salib, Yesus pun tampil seperti manusia pada umumnya, dengan luka-luka yang parah, lebam, mengerang kesakitan.

Sementara para hatersnya atau pembencinya terus menerus menghujat. Menantangnya untuk turun dari salib. Bisa jadi pengikut-pengikut maupun simpatisan yang diam-diam mengamati dari kejauhan turut menaruh harapan agar Yesus benar-benar turun dari salib.

Ayo Guru tunjukkan kepada mereka kuasa Mu! Guru, mereka sudah keterlaluan, ayo beri pelajaran! Suruh mereka diam seperti Engkau memerintahkan badai untuk tenang. Atau hardik mereka seperti saat Engkau mengusir Legion, kumpulan setan-setan yang Kau usir ke dalam tubuh babi. Atau barangkali Musa dan Elia akan datang menolongNya, orang-orang kudus yang tampil ketika Engkau dimuliakan di atas gunung.

Sayangnya Yesus tidak memenuhi harapan untuk turun dari salib. Ia tetap terpaku tak berdaya disana.

Sayangnya Yesus tidak melulu menunjukkan kuasa Nya seperti yang kita harapkan.

Ada momen-momen di dalam hidup kita yang kita tidak pahami. Kemana Engkau Tuhan? Mengapa diam saja? Dimana kuasa Mu?

Yesus seolah tidak berdaya, menatap orang-orang yang Ia kasihi dari atas kayu salib. Ia seolah diam saja menatap kita yang kesulitan, yang berharap, dimana harapan itu benar-benar bukan untuk keuntungan kita semata. Harapan untuk keluarga yang utuh, harapan untuk kesembuhan orang lain, harapan untuk setidaknya hidup dengan cukup, dan lain-lain. Atau mungkin harapan untuk bebas dari penindasan.

Dalam kondisi Yesus yang diam dan tak berdaya. Masih adakah iman dan percaya kepada Nya?

Ingat, kisah Yesus tergantung di kayu salib terjadi sebelum kisah kebangkitan Nya.

Yang saat itu bisa dilihat hanyalah kondisi Yesus yang mengenaskan.

Bisa jadi sebagian besar pengikut setiaNya menganggap Ia bukanlah Tuhan. Ia hanya orang biasa dengan kemampuan super yang sekarang harus mati.

Percayakah engkau kepada Yesus yang diam?

Di sampingnya seorang penjahat juga tergantung di salib, juga sedang menjelang ajalnya. Entah kesalahan apa yang ia buat. Alkitab hanya menuliskan bahwa ia adalah seorang penjahat. Namun rupanya di tengah-tengah hujatan terhadap Yesus, si penjahat mengatakan sesuatu yang menurut saya secara pribadi hanya bisa dikatakan bila ia mempunyai iman.

Lalu ia berkata: "Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja." (Lukas 23 : 42)

Sungguh iman yang luar biasa. Si penjahat ini masih percaya bahwa Yesus akan datang kembali sebagai Raja. Dengan kata lain ia percaya bahwa Yesus lah Mesias, yang meskipun nanti mati, ia akan bangkit dan datang kembali. Ingat! Saat si penjahat mengatakan hal tersebut, Alkitab belum dicetak, Yesus belum bangkit. Tetapi dengan sepenuh hati ia bisa berkata Yesus akan datang kembali sebagai Raja.

Yang membuatnya lebih luar biasa lagi ialah si penjahat mengatakannya saat Yesus kelihatan tidak berdaya. Sudah babak belur hancur-hancuran. Mudah mengatakan percaya Yesus! Beriman pada Yesus! Saat Yesus memang tampak menunjukkan kuasa dan kemuliaanNya. Bagaimana saat Yesus diam dan seolah tidak bisa apa-apa? Mampukah kita tetap percaya seperti si penjahat yang mengakui ke Mesiasan Yesus?

Menjelang detik-detik akhir di kayu salib, Yesus tetap menjawab iman orang yang percaya kepada Nya.
Tidak dengan turun dari salib.

Kata Yesus kepadanya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus." (Lukas 23 : 42)

Dialah orang pertama yang masuk ke surga karena imannya kepada Yesus.  Ia tetap percaya meskipun keadaan Yesus saat itu tidak lebih baik daripada dirinya. Ia mendapat kehormatan untuk mendahului orang-orang percaya lainnya. Bersama Yesus di Firdaus, detik itu juga.

Kisah ini tercatat sebagai sebuah kesaksian. Bahwa memang benar ada saat-saat dimana Ia tidak melakukan apa-apa. Ada masa-masa ketidakadilan terjadi dalam hidup kita. Penindas dan penghujat tampak dibiarkan bebas berkuasa. Sakit penyakit tidak terhindarkan. Masalah yang mencekik kehidupan, dan lain-lain. 

Adakah iman kita tetap pada Yesus?

Adakah kita tetap berada di sampingNya dan berkata, “Aku tetap percaya kepada Mu, meskipun Engkau tidak melakukan apa-apa”

Bacalah Ibrani 11 : 1-40
Setelah dibuka dengan tulisan mengenai iman, dituliskan juga mengenai saksi-saksi iman. Jangan berhenti di tengah. Karena pada kisah mengenai saksi-saksi iman, tergambarkan bagaimana iman “menyelamatkan”, membereskan masalah dan lain-lain. Baca sampai akhir perikop.

Ayat 36 – 40 menggambarkan dengan jelas hal-hal yang mungkin selama ini tidak terpikirkan. Deraan, celaan, bahkan siksaan karena iman.

Dan mereka semua tidak memperoleh apa yang dijanjikan itu, sekalipun iman mereka telah memberikan kepada mereka suatu kesaksian yang baik. (Ibrani 11 : 39)

Meskipun beriman dan menjadi kesaksian yang baik, mereka (orang beriman)  tetap hidup dalam kesulitan.

Tetapi ayat 40 menutup perikop ini dengan indah

Sebab Allah telah menyediakan sesuatu yang lebih baik bagi kita; tanpa kita mereka tidak dapat sampai kepada kesempurnaan.

Ada yang lebih baik yang disediakanNya bagi kita. Bagi kita yang bertahan dalam iman. Bagi kita yang tetap percaya kepada Nya, meskipun seringkali kuasa Nya tidak terlihat, meskipun doa-doa kita tidak terpenuhi sesuai harapan.

Tetaplah memikul salib, sampai pada waktunya nanti, menjelang detik-detik akhir hidup kita, Yesus akan berkata di samping kita :

“hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus.”

Tuhan memberkati.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar