Rabu, 12 Juli 2017

Menjaga Langkah Anak di Dunia Online


Dewasa ini kita mengakui bahwa peranan dunia online semakin mendominasi kehidupan kita. Mulai dari media sosial, transportasi online, game online, hiburan online, bahkan di Amerika dan Eropa, gereja online juga sudah mulai bertumbuh. Gereja-gereja ini memanfaatkan media Youtube sebagai sarana untuk menghubungkan jemaat dengan pelaksanaan ibadah. Jemaat tinggal menyalakan internet dan bisa mengikuti prosesi ibadah melalui Youtube.

Memang pada dasarnya segala sesuatu dapat digunakan untuk hal yang baik, yang dapat bertujuan untuk memuliakan Tuhan. Tetapi di sisi lain, hal-hal negatif dari dunia online juga mulai menjamur dan menyebar. Dan penyebaran "penyakit online" ini menyasar pada pangsa pasar yang paling rentan, yakni anak-anak dan remaja. Mereka yang belum matang kedewasaannya sangat mudah untuk dipengaruhi, tidak hanya sebagai konsumen tetapi lebih jauh lagi, menjadi korban kriminalitas.


Kasus Pedofilia yang umum terjadi adalah karena anak-anak "dipancing" oleh pelaku dengan menggunakan media onlline seperti Facebook, Instagram, atau Twitter. Awalnya diajak berteman, kemudian main game online bersama, sampai akhirnya dijadikan korban pelecehan seksual. Selain itu kengerian media online juga terasa ketika sarana ini digunakan untuk cyber bullying. Remaja-remaja saling mengejek, menjatuhkan dan mengolok-olok temannya lewat foto yang diedit atau ramai-ramai membanjiri media sosial temannya dengan komentar-komentar yang negatif. Ujung-ujungnya si korban menjadi tertekan dan terdorong untuk bunuh diri.

Jerat-jerat online tampak memaksa para orangtua untuk melakukan berbagai tindakan.
Ada yang menjadi paranoid dengan "memutus" seluruh hal yang berbau online. Melabel bahwa seluruh media online sebagai sesuatu yang berbahaya dan harus dihindari. Memang cara ini tampak ampuh karena anak menjadi imun dari media online, tetapi anak juga tumbuh sebagai pribadi yang "kuper" atau "ketinggalan jaman". Ketika orang lain bisa mendapat kemajuan positif dari media online, anak malah tertinggal jauh.

Tipe pengawasan berikutnya adalah yang dikenal sebagai pengawasan helikopter. Disini orangtua memberi kebebasan tetapi dengan pengawasan. Untuk anak-anak tampak cara ini cukup efektif, karena mereka masih bisa menggunakan media online, namun secara sadar tahu bahwa ada pengawasan dari orangtua. Ada "helikopter" yang selalu mengamati dari kejauhan. Anak pun akan lebih berhati-hati dalam menggunakan media online.

Tetapi sampai kapan "helikopter" itu bisa bertahan? Akan ada saatnya anak bertumbuh semakin besar dan pada akhirnya lebih pandai serta dapat mengelabui orangtua. Lagipula bukankah hidup dalam pengawasan terus menerus melambangkan adanya ketidak percayaan dari orangtua?

Lalu apa yang terbaik yang bisa dilakukan oleh orangtua?
Bila kita kembali ke Alkitab, Firman Tuhan tetaplah menjadi pengawas yang terpenting.

 Karena Tuhanlah yang akan menjadi sandaranmu, dan akan menghindarkan kakimu dari jerat. 
(Amsal 3 : 26)

Kitab Amsal berulangkali menyebutkan mengenai pentingnya Firman Tuhan yang akan menjaga kita, termasuk anak-anak kita dari segala jerat dan jebakan yang ada di dunia ini.

Pengajaran Firman Tuhan sejak anak berusia muda sangatlah penting. Karena sebagai orangtua kita tidak bisa selamanya bersama dengan anak. Peranan kita sebagai orangtua ialah berusaha mempersiapkan agar anak dapat hidup dengan baik selepas kita pergi meninggalkan dunia ini.

Semua orangtua pasti ingin anaknya hidup dengan baik. Dan kehidupan yang baik itu dapat kita temukan di dalam Kristus. Karena Ia adalah pokok anggur yang benar, siapa yang hidup di dalamnya akan beroleh kebaikan, sedangkan yang terpisah dariNya akan binasa (Yohanes 15).

Selagi ada waktu, kita akan berusaha agar anak-anak hidup dalam Kristus, sehingga mereka tahu apa yang benar dan salah, baik dalam menyikapi media online maupun di dalam kehidupan sehari-hari.

Selain menanamkan Firman Tuhan, orangtua dapat menjadi figur yang asik yang dipercaya oleh anak melalui keterlibatan bersama di dalam dunia online. Dalam hal ini, orangtua dapat membuat online project bersama dengan anak. Misalnya dengan bersama-sama membuat vlog, atau mengelola facebook. Orangtua juga dapat secara kreatif membuat akun instagram bersama dengan anak.

Hal ini akan membuat anak merasa nyaman dan percaya kepada orangtua. Selain itu mereka juga melihat secara langsung "teladan" yang diberikan oleh orangtua dalam menggunakan media online. Disini orangtua tidak hanya bergandengan tangan di dunia nyata, tetapi orangtua juga bergandengan tangan dengan anak di dunia online.

Jangan tunggu lama-lama, segera set up online project Anda bersama dengannya.
Tuhan memberkati.

Lebih Lanjut mengenai Online Ministry, Klik Disini





Tidak ada komentar:

Posting Komentar