Senin, 02 Oktober 2017

Panggung Boneka sebuah Pelajaran untuk Move On




Panggung boneka merupakan sarana yang sangat menarik untuk mendukung pelayanan sekolah minggu. Boneka-boneka yang dimainkan dalam acara panggung boneka dapat berperan untuk menyampaikan pesan kepada murid-murid sekolah minggu dengan cara yang ramah dan berkesan. Tidak mengherankan bila acara panggung boneka menjadi acara utama pada perayaan-perayaan di sekolah minggu seperti pada perayaan Natal dan Paskah.

Selama melakukan pelayanan sebagai guru sekolah minggu saya pun sempat terpaku pada konsep berpikir bahwa panggung boneka memang acara yang tampil pada perayaan Paskah atau Natal saja. Tidak terpikirkan untuk menggunakan boneka (Puppet) dalam pengajaran yang dilakukan setiap minggu. Padahal kalau kita melihat permainan Puppet yang professional, kita dapat menyaksikan bahwa Puppet tidak hanya muncul pada acara besar, Puppet bisa dimainkan sebagai sarana edukasi dengan naskah-naskah yang disesuaikan.

Contoh paling nyata dapat kita lihat pada acara Sesame Street dimana permainan panggung boneka dapat digunakan untuk menyampaikan pesan yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari, tidak terpatok pada acara besar. Dahsyatnya lagi Sesame Street mampu meraih berbagai penghargaan dan menjadi sebuah acara yang mendunia. Meskipun saat ini tidak tampil di televisi nasional di Indonesia, tetap saja anak-anak Indonesia banyak yang hafal nama-nama tokoh Sesame Street seperti Elmo, Bert, Ernie, Big Bird, Cookie Monster dan lain-lain.

Saat pertama kali memainkan Puppet untuk cerita di sekolah minggu, saya mendapatkan respon yang luar biasa dari murid-murid di kelas. Respon ini tidak hanya muncul sesekali saja, tetapi setiap kali saya memainkan Puppet, selalu mendapatkan respon yang positif. Anak-anak dapat menikmati penyampaian Firman Tuhan dengan cara yang berbeda, yang tidak seperti biasanya. 

Antusiasme mereka terlihat jelas ketika Puppet mulai berbicara dan berinteraksi dengan mereka mapun melakukan dialog dengan front person (orang yang mendampingi permainan panggung boneka). Tidak ada anak-anak yang ngobrol atau bengong saat menyaksikan penyampaian cerita dengan menggunakan Puppet.

Bagi saya secara pribadi, meskipun ini sesuatu yang sangat baik tetapi ada penyesalan juga dalam diri saya.....
Penyesalan yang saya maksud adalah kenapa tidak dari dulu belajar panggung boneka?

Baru 15 tahun setelah mengajar sekolah minggu saya tertarik untuk mendalami panggung boneka. Padahal saya mempunyai banyak kesempatan untuk belajar panggung boneka karena pembimbing rohani saya waktu kuliah adalah seorang pemain sekaligus pengajar seni panggung boneka yang professional. Dari ujung pulau Sumatra sampai Papua pernah dikunjungi oleh kakak kelas saya ini untuk memberikan pelatihan panggung boneka maupun melakukan pertunjukkan panggung boneka.

“Keterlambatan” saya dalam mendalami seni panggung boneka mungkin turut mewakili “keterlambatan” kita sebagai manusia untuk mau mencoba hal-hal yang baru. Seringkali dengan kenyamanan dan rutinitas, kita tidak melihat peluang baru yang dapat mengantarkan kita kepada hal yang luar biasa. Padahal kalau mau belajar dan berpikiran lebih terbuka bisa saja kita mendapatkan hasil yang baik atau jauh lebih baik daripada yang kita bisa dapatkan saat ini.

Selain kenyamanan, seringkali kita merasa malu atau takut mencoba sesuatu yang baru. Malu nanti ditertawakan orang atau dipandang rendah. Ketika berlatih panggung boneka untuk pertama kali pun ada rasa ragu dalam diri saya. Apakah nanti suara saya terdengar aneh, apakah nanti gerakan saya salah, atau jangan-jangan anak-anak malah tidak tertarik dan cerita Firman Tuhan jadi berantakkan.

Segala ketakutan yang ternyata tidak terjadi sama sekali.

Menariknya lagi mencoba sesuatu yang baru selain dalam dunia pelayanan dan pekerjaan bisa juga dihubungkan dengan masalah percintaan, terutama saat kita mengalami patah hati. Sulit pastinya untuk move on, bahkan bagi sebagian orang itu bagaikan sesuatu yang mustahil untuk dilakukan. Kenangan-kenangan yang ada membuat kita merasa nyaman untuk hidup di masa lalu. Selain itu ada juga rasa takut kalau memulai hubungan yang baru nanti malah tersakiti lagi.

Ketidak move on an yang kita lakukan sama seperti lima belas tahun yang saya habiskan dengan cara mengajar sekolah minggu yang begitu-begitu saja, ada perkembangan tetapi tidak terlalu pesat. Padahal ada sesuatu yang lebih baik yang bisa saya lakukan. Ketidak move on an yang disimpan terus akan membuat kita sulit berkembang untuk menjalin hubungan yang baru dengan orang lain. Atau jangankan menjalin hubungan yang baru, mencari peluang untuk hal tersebut pun tidak dilakukan.

Padahal jangan-jangan seperti ilmu panggung boneka yang sebenarnya tidak jauh dari saya, Tuhan juga menempatkan orang yang tepat yang dapat kita kenal untuk menjadi pendamping hidup kita. Bila memang demikian apakah kita perlu menghabiskan waktu belasan tahun sebelum move on atau membuka mata untuk memulai hubungan yang baru?

Mungkin timbul pertanyaan, “masalah percintaan kan tidak semudah panggung boneka”

Hmm...bagi saya prinsipnya hampir mirip. Perlu pengenalan, merasa nyaman, dijalankan dengan serius, serta didoakan. Saat memainkan panggung boneka saya perlu mengenal boneka yang saya gunakan, naskah yang akan dimainkan , latihan dengan serius dan juga berdoa agar segalanya berjalan baik. Dalam permainan panggung boneka, saya tidak mewajibkan diri saya untuk terpatok pada satu naskah, bila ada yang tidak cocok bisa direvisi atau diperbaiki.

Begitu juga dengan hubungan, saat mengenal seseorang bukan berarti kita akan menjadi pendamping hidup orang tersebut. Cukup beri kesempatan untuk saling mengenal, melihat adanya kecocokan dan ketidakcocokkan, kemudian juga didoakan. Dari hal-hal ini nantinya secara perlahan akan terjadi penyembuhan (healing) terhadap patah hati yang sebelumnya terjadi. Sama seperti ketika saya mulai bermain panggung boneka, secara perlahan cara mengajar saya yang “lama” saya tinggalkan. Saya memulai dengan cara yang baru, yang lebih efektif dan lebih menarik.

Move on memang tidak mudah, main panggung boneka pun tidak mudah. Tetapi dua-duanya tidak mustahil untuk dilakukan.

Semoga tulisan ini bisa menjadi berkat bagi kita semua.
GBU!

1 komentar:

  1. Makasih ya kak artikelnya memberkati banget ya, hahaha, tiada kata terlambat ya yang penting niatnya ya kak ^^

    BalasHapus